Yehezkiel 23:42

"Dan orang-orang yang duduk di hadapan-Nya, dengan tangan bertepuk dan kaki berhentak, bersorak-sorai dengan suara yang nyaring, berseru-seru: Haleluya! TUHAN adalah Allah!"

Ayat Yehezkiel 23:42 mengalihkan fokus dari gambaran muram tentang dosa dan penghukuman kepada sebuah seruan sukacita dan pujian yang meletup-letup. Setelah berabad-abad menceritakan kebejatan dan kejatuhan umat Israel melalui perumpamaan dua wanita bersaudari, Oholah (Samaria) dan Oholiba (Yerusalem), Allah melalui nabi Yehezkiel menampilkan sebuah adegan yang kontras. Ayat ini seolah merupakan titik balik, di mana kesedihan dan murka berganti menjadi perayaan kemenangan ilahi yang penuh kegembiraan.

Penggambaran "orang-orang yang duduk di hadapan-Nya, dengan tangan bertepuk dan kaki berhentak, bersorak-sorai dengan suara yang nyaring" menunjukkan sebuah demonstrasi sukacita yang luar biasa. Ini bukan sekadar kesenangan biasa, melainkan sebuah ekspresi kegembiraan yang meluap-luap, disertai gerakan fisik yang energik dan suara yang lantang. Tangan yang bertepuk, kaki yang berhentak, dan seruan yang nyaring semuanya mengindikasikan sebuah peristiwa penting yang layak dirayakan dengan penuh semangat. Latar belakang yang mengarah ke ayat ini adalah murka Allah terhadap dosa dan ketidaksetiaan, namun hasil akhirnya adalah pembebasan dan kemenangan.

Inti dari pujian ini adalah pengakuan yang mantap: "Haleluya! TUHAN adalah Allah!" Frasa "Haleluya" sendiri berasal dari bahasa Ibrani "Halleluyah," yang berarti "Pujilah Yah" atau "Pujilah TUHAN." Ini adalah seruan yang digunakan dalam ibadah untuk mengungkapkan pujian dan pengagungan tertinggi kepada Allah. Dalam konteks ini, seruan ini datang setelah serangkaian narasi tentang kejatuhan, pengkhianatan, dan hukuman. Hal ini menekankan bahwa bahkan setelah cobaan dan penghakiman, keilahian dan kedaulatan Allah tetap teguh.

Puji TUHAN!
Simbol sukacita dan pujian.

Pernyataan "TUHAN adalah Allah!" merupakan pengakuan teologis yang fundamental. Ini menegaskan keesaan Allah, kedaulatan-Nya atas segala sesuatu, dan kebenaran-Nya yang kekal. Di tengah dunia yang seringkali penuh dengan dewa-dewi palsu, kesalahpahaman, dan kekacauan, ayat ini mengingatkan akan kebenaran yang tak tergoyahkan bahwa hanya TUHAN yang adalah Allah sejati. Kebenaran ini menjadi dasar bagi setiap pujian dan penyembahan.

Yehezkiel 23:42 mengajarkan bahwa pemulihan dan keadilan ilahi selalu disertai dengan pujian yang tulus. Ini bukan hanya tentang berakhirnya hukuman, tetapi tentang pengenalan yang diperbarui akan keagungan Allah. Ayat ini memberikan harapan bahwa bahkan setelah masa-masa sulit dan kegelapan, kesetiaan dan kasih karunia Allah akan membawa pada pemulihan dan sukacita yang meluap-luap, yang diungkapkan dalam pujian yang penuh semangat kepada Dia yang adalah Allah.