Yehezkiel 26:4

"dan mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus dan menghancurkan menara-menaranya, dan Aku akan menyapu debunya dari padanya dan menjadikannya batu karang yang licin."

Nubuat dalam Kitab Yehezkiel pasal 26 mencatat sebuah ramalan yang keras terhadap kota Tirus, sebuah kota pelabuhan yang terkenal pada masanya karena kekayaan, kekuatan maritim, dan kemegahannya. Ayat keempat memberikan gambaran yang sangat spesifik mengenai kehancuran yang akan menimpa kota ini, bukan hanya sekadar kerusakan fisik, tetapi pemusnahan yang menyeluruh.

Implikasi Pemusnahan Tirus

Kota Tirus, yang terletak di sebuah pulau di lepas pantai Phoenicia, adalah pusat perdagangan dan kekuatan yang tangguh. Kemegahannya dibangun di atas jaringan perdagangan yang luas dan pertahanan kota yang kuat. Namun, nubuatan ini menunjukkan bahwa segala kekuatan dan kemewahan Tirus akan lenyap tak bersisa. Frasa "memusnahkan tembok-tembok" dan "menghancurkan menara-menaranya" menandakan penghancuran infrastruktur pertahanan yang menjadi simbol keamanannya. Ini bukan hanya tentang merobohkan bangunan, tetapi meruntuhkan fondasi identitas kota tersebut.

Lebih jauh lagi, ungkapan "Aku akan menyapu debunya dari padanya" menyiratkan pembersihan total. Debu adalah sisa dari kehancuran, namun di sini, bahkan debu pun akan disingkirkan, menunjukkan tidak ada jejak yang tersisa dari kejayaan Tirus. Puncak dari kehancuran ini adalah klaim bahwa Tirus akan "dijadikan batu karang yang licin." Ini adalah metafora yang kuat untuk menggambarkan tempat di mana kota yang pernah megah itu berdiri kini hanya akan menjadi permukaan batu yang kosong, tidak ramah, dan tidak dapat dihuni, seperti batu karang di tengah laut yang terkikis ombak.

Tujuan Nubuat

Nubuat ini, yang ditujukan kepada Tirus, memiliki beberapa tujuan. Pertama, ini adalah pernyataan penghakiman ilahi terhadap kesombongan dan keangkuhan Tirus, yang mungkin telah merasa aman dalam kekuatan dan kekayaannya, serta mengabaikan Tuhan. Kedua, nubuatan ini berfungsi sebagai peringatan bagi bangsa-bangsa lain tentang kedaulatan Allah atas segala kerajaan dan bangsa. Ketiga, bagi umat Allah, nubuatan ini memberikan pengharapan bahwa kejahatan dan kesombongan pada akhirnya akan dihukum, dan keadilan ilahi akan ditegakkan.

Secara historis, Tirus memang mengalami serangan yang parah, terutama oleh Nebukadnezar dari Babel, yang mengepungnya selama bertahun-tahun. Namun, kota di daratan Tirus memang dihancurkan. Kemudian, Aleksander Agung pada tahun 332 SM mengepung Tirus di pulau, dan setelah pengepungan yang sulit, berhasil menghancurkan kota tersebut dengan membangun tanggul dari daratan ke pulau itu. Kehancuran yang dinubuatkan ini terbukti terjadi, mengubah kota yang pernah berjaya menjadi reruntuhan.

Yehezkiel 26:4 mengingatkan kita bahwa tidak ada kemegahan duniawi yang abadi. Kekuatan dan kekayaan dapat lenyap dalam sekejap, dan kesombongan seringkali mendahului kejatuhan. Nubuat ini menjadi saksi bisu akan kekuatan firman Tuhan yang tak terbantahkan, yang melihat akhir dari setiap zaman.

Representasi simbolis kehancuran Tirus: benteng yang runtuh dan batu karang.