Simbol keterbukaan dan pesan ilahi.
Ayat Yehezkiel 3:27 adalah sebuah pengingat kuat tentang tugas profetik yang diberikan kepada Nabi Yehezkiel. Dalam konteks ini, Allah berfirman langsung kepada Yehezkiel, memberikan wewenang dan instruksi spesifik: membuka mulutnya untuk menyampaikan pesan-Nya. Ini bukan sekadar tugas menyampaikan informasi, melainkan penegasan peran Yehezkiel sebagai saluran ilahi. Perintah ini menekankan keseriusan tugas kenabian dan tanggung jawab yang menyertainya.
Ketetapan dan Kebebasan Memilih
Inti dari firman Allah dalam ayat ini terletak pada frasa "Siapa yang mau mendengar, biarlah ia mendengar, siapa yang mau menolak, biarlah ia menolak." Kalimat ini mencerminkan kehendak bebas yang diberikan kepada setiap individu. Allah, melalui nabi-Nya, menyampaikan kebenaran, namun tidak memaksakan penerimaan kebenaran tersebut. Keputusan untuk menerima atau menolak pesan ilahi sepenuhnya berada di tangan pendengar. Ini adalah prinsip universal dalam hubungan manusia dengan kebenaran spiritual.
Penolakan yang dimaksud bukanlah bentuk ketidaksetujuan biasa, melainkan penolakan terhadap kehendak dan firman Allah itu sendiri. Yehezkiel diperintahkan untuk menyampaikan kebenaran tanpa kompromi, bahkan ketika ia tahu bahwa mayoritas pendengarnya akan menolak. Frasa "Sebab mereka adalah kaum pemberontak" menjelaskan alasan di balik ketidakpedulian atau penolakan mereka. Israel pada masa itu sedang berada dalam pemberontakan spiritual yang mendalam terhadap Allah.
Peran Nabi sebagai Utusan
Yehezkiel tidak bertindak atas inisiatifnya sendiri. Firman Allah yang berbunyi, "pada waktu Aku berbicara dengan engkau, Aku akan membuka mulutmu," menunjukkan bahwa kekuatan dan keberanian untuk berbicara berasal dari sumber ilahi. Ini memberikan Yehezkiel otoritas dan perlindungan yang ia butuhkan untuk menjalankan misinya yang penuh tantangan. Ia adalah suara Allah di tengah-tengah umat yang tuli dan keras kepala.
Misi Yehezkiel adalah untuk memberikan peringatan, anjuran, dan nubuat tentang hukuman dan pemulihan. Namun, ia juga diperlengkapi untuk memahami bahwa hasil akhir dari pesannya tidak selalu sesuai dengan harapannya. Tanggung jawabnya adalah menyampaikan, bukan memaksa penerimaan. Ini mengajarkan para pemimpin rohani dan pengkhotbah tentang pentingnya setia menyampaikan firman Tuhan, terlepas dari reaksi audiens.
Relevansi Kontemporer
Pesan Yehezkiel 3:27 tetap relevan hingga kini. Di era informasi yang serba cepat, di mana berbagai pandangan dan ajaran bersaing untuk mendapatkan perhatian, umat beriman dipanggil untuk menjadi pembawa pesan kebenaran ilahi. Kita, seperti Yehezkiel, mungkin merasa kesulitan ketika pesan yang kita sampaikan tidak diterima atau bahkan ditolak. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa fokus utama kita adalah menyampaikan firman Tuhan dengan setia, sementara keputusan untuk merespons dengan iman atau penolakan tetap berada pada setiap individu.
Memahami ayat ini juga memberikan perspektif tentang kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Allah berdaulat, mengetahui dan menghendaki segala sesuatu, namun Ia juga menghormati pilihan manusia. Tugas kita adalah menjadi alat yang mau digunakan oleh-Nya, membuka mulut ketika Dia berbicara, dan menyampaikan kebenaran-Nya dengan keberanian, sambil menyerahkan hasil akhirnya kepada-Nya.
Kutipan penting: "Siapa yang mau mendengar, biarlah ia mendengar, siapa yang mau menolak, biarlah ia menolak." Sebuah pernyataan tegas tentang pilihan bebas yang berhadapan dengan firman ilahi.