Ilustrasi: Gembala yang lalai membiarkan domba-dombanya rentan.
Ayat Yehezkiel 34:5 berbicara tentang konsekuensi dari kepemimpinan yang buruk, terutama dalam konteks rohani. Tuhan melalui Nabi Yehezkiel mengecam para pemimpin Israel, yang seharusnya bertindak sebagai gembala bagi umat-Nya, tetapi justru mengabaikan tanggung jawab mereka. Ayat ini dengan jelas menggambarkan gambaran menyedihkan dari domba-domba yang tersesat, menjadi mangsa bagi pemangsa, dan tidak ada seorang pun yang peduli untuk mencari atau menyelamatkan mereka.
Dalam konteks historisnya, para pemimpin yang dimaksud adalah raja, imam, dan para pembesar Israel. Mereka diberi amanat untuk menjaga, melindungi, dan membimbing umat Tuhan. Namun, dalam banyak kasus, mereka lebih mementingkan diri sendiri, kekuasaan, dan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan kawanan yang dipercayakan kepada mereka. Penindasan, ketidakadilan, dan pengabaian menjadi ciri khas kepemimpinan mereka. Akibatnya, umat Israel, yang diibaratkan domba, mengalami penderitaan, penawanan, dan tercerai-berai.
Pesan dalam Yehezkiel 34:5 tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam bagi kita saat ini. Konsep "gembala yang buruk" dapat diterapkan pada berbagai bentuk kepemimpinan, baik dalam gereja, organisasi, bahkan dalam struktur keluarga. Pemimpin yang lalai, tidak bertanggung jawab, atau hanya mementingkan diri sendiri akan selalu membawa kehancuran bagi mereka yang berada di bawah bimbingannya.
Tuhan menunjukkan kepedulian-Nya yang besar terhadap domba-domba-Nya. Keterluntaan mereka adalah sumber kesedihan bagi-Nya, dan Dia akan meminta pertanggungjawaban dari para gembala yang tidak becus. Ayub 4:18-19 juga menggambarkan bagaimana Tuhan melihat para hamba-Nya, "Lihatlah, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, dan pada malaikat-malaikat-Nya didapati-Nya kekurangan." Hal ini menunjukkan bahwa standar kepemimpinan yang Tuhan inginkan adalah standar yang tinggi, penuh integritas, dan kasih.
Lebih lanjut, ayat ini menyoroti pentingnya perhatian dan kepedulian. "Tidak ada yang mencari atau menyelidiki" adalah inti dari pengabaian. Dalam dunia yang serba cepat ini, seringkali kita melihat orang-orang terpinggirkan atau mengalami kesulitan tanpa ada yang menyadarinya atau mau turun tangan. Yehezkiel mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang sejati berarti memperhatikan mereka yang rentan, mencari mereka yang tersesat, dan menawarkan pertolongan serta perlindungan.
Janji Tuhan untuk menjadi Gembala yang Baik bagi umat-Nya, yang disebutkan di pasal yang sama, menjadi kontras yang kuat. Dia sendiri akan mencari yang hilang, membalut yang luka, dan menggembalakan mereka dengan baik. Ini adalah harapan dan janji bagi semua yang merasa seperti domba yang terlunta. Pesan Yehezkiel 34:5 adalah peringatan sekaligus undangan untuk merefleksikan kualitas kepemimpinan kita dan kepedulian kita terhadap sesama, memastikan bahwa kita tidak menjadi bagian dari gembala yang buruk yang hanya membawa kesesatan dan kehancuran.