Ayat Yehezkiel 34:6 melukiskan gambaran yang menyedihkan tentang kondisi umat Allah. Kata-kata ini datang dari nabi Yehezkiel, yang diutus untuk menyampaikan pesan penghakiman dan pemulihan kepada bangsa Israel yang terbuang di Babel. Dalam konteks ini, umat diibaratkan sebagai domba yang kehilangan gembalanya. Tanpa seorang pemimpin yang peduli dan melindungi, mereka menjadi rentan, tercerai-berai, dan menjadi santapan empuk bagi predator.
Gambaran domba yang diserakkan dan menjadi mangsa mencerminkan keadaan spiritual dan nasional Israel pada masa itu. Para pemimpin rohani dan politik mereka, yang seharusnya bertindak sebagai gembala yang baik, justru gagal menjalankan tugas mereka. Alih-alih membimbing dan menjaga kawanan, mereka justru sibuk dengan kepentingan diri sendiri, meninggalkan umat tanpa perlindungan. Ketiadaan gembala yang setia menyebabkan umat Allah kehilangan arah, terjerumus dalam dosa, dan akhirnya mengalami pembuangan serta penderitaan.
Namun, pesan Yehezkiel 34 tidak berhenti pada gambaran kehancuran. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini secara kuat menegaskan janji Tuhan untuk menjadi Gembala mereka sendiri. Tuhan murka melihat gembala-gembala yang buruk, tetapi Dia juga menyatakan kasih dan kepedulian-Nya yang mendalam terhadap domba-domba-Nya. Dia berjanji akan mencari domba-domba-Nya yang hilang, membalut yang luka, menguatkan yang lemah, dan menggembalakan mereka dengan adil. Ini adalah janji pemulihan yang sangat kuat, yang menunjuk pada kedatangan Gembala Agung di masa depan.
Dalam perspektif Kristen, janji ini digenapi sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus. Yesus menyebut diri-Nya sebagai "Gembala yang baik" (Yohanes 10:11), yang rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Seperti yang dijanjikan dalam Yehezkiel, Yesus mencari mereka yang tersesat, menyembuhkan mereka yang sakit secara rohani, dan membimbing mereka ke padang rumput yang subur. Dia adalah Gembala yang tidak pernah tidur, yang selalu menjaga umat-Nya dari bahaya, baik bahaya duniawi maupun spiritual.
Pesan dari Yehezkiel 34:6 tetap relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita akan pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab dan penuh kasih, baik dalam keluarga, gereja, maupun masyarakat. Tanpa panduan yang benar, tanpa pemimpin yang mau berkorban, kita rentan tersesat dan mengalami kehancuran. Lebih dari itu, ayat ini mengarahkan kita kepada Yesus Kristus, Sang Gembala Agung, yang selalu siap menerima kita, membimbing kita, dan menjaga kita dalam pelukan kasih-Nya yang abadi. Kehadiran-Nya memberikan kepastian dan pengharapan, bahkan di tengah badai kehidupan.
Simbol Gembala yang Melindungi