Simbol keadilan dan kuasa yang mencatat setiap perkataan.
Ayat Yehezkiel 35:11 merupakan bagian dari nubuat yang ditujukan kepada Gunung Seir, yang mewakili bangsa Edom. Bangsa ini telah menunjukkan kebencian yang mendalam dan permusuhan terhadap umat Allah, khususnya ketika Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan. Mereka tidak hanya bersukacita atas kemalangan Israel, tetapi juga secara aktif terlibat dalam penghinaan dan perampasan terhadap tanah serta umat Tuhan.
Dalam konteks ini, firman Tuhan yang disampaikan melalui Yehezkiel adalah pernyataan tentang keadilan ilahi yang tak terelakkan. Tuhan menyatakan bahwa Dia melihat dan mendengar segala tindakan serta perkataan Edom. Kebencian mereka yang begitu besar, yang diungkapkan dalam penghinaan terhadap tanah Israel yang sekarang terinjak-injak, tidak akan luput dari pandangan-Nya.
Pernyataan "demi Aku yang hidup" menekankan keseriusan dan kepastian dari firman Tuhan ini. Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, menegaskan bahwa tindakan pembalasan-Nya akan terjadi sebagai respons langsung terhadap kebencian dan tindakan Edom. Tuhan tidak hanya akan membiarkan mereka menikmati kemenangan atas Israel, tetapi Dia sendiri akan datang untuk menghakimi mereka. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat peduli dengan kehormatan umat-Nya dan keadilan-Nya.
Penting untuk dipahami bahwa pembalasan Tuhan di sini bukanlah tindakan balas dendam yang semata-mata didorong oleh emosi negatif, melainkan manifestasi dari keadilan-Nya yang kudus. Ketika umat-Nya dihina dan diperlakukan dengan kejam, dan ketika kesucian nama-Nya dicemarkan melalui tindakan kebencian seperti yang dilakukan Edom, Tuhan berhak untuk menegakkan keadilan. Dia akan menyatakan diri-Nya di tengah-tengah mereka, bukan untuk menunjukkan kelemahan, tetapi untuk menunjukkan kekuatan dan kedaulatan-Nya yang penuh dengan keadilan.
Ayat ini juga menyoroti aspek pengawasan ilahi. Tuhan mengetahui setiap hinaan yang dilontarkan, setiap perkataan yang merendahkan, dan setiap tindakan yang keji. Dia mendengar bagaimana Edom bersukacita atas kehancuran yang menimpa Israel, bahkan dengan mengatakan bahwa tanah itu telah rata dan kini menjadi rampasan mereka. Pengakuan ini menegaskan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil, yang tidak akan membiarkan kejahatan merajalela tanpa konsekuensi. Keadilan-Nya akan terwujud, dan nama-Nya akan dihormati melalui penghakiman-Nya terhadap mereka yang menentang dan menghina umat-Nya.
Pada akhirnya, Yehezkiel 35:11 berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan karakter Tuhan: Dia adalah Tuhan yang kudus, yang membenci kejahatan dan ketidakadilan. Dia adalah Tuhan yang adil, yang akan membalas perbuatan jahat kepada musuh-musuh-Nya, dan pada saat yang sama, Dia adalah Tuhan yang melindungi dan membela umat-Nya. Pernyataan ini memberikan pengharapan bagi umat Tuhan yang menderita, bahwa keadilan pasti akan datang, dan Tuhan akan bertindak bagi mereka yang dihina dan dianiaya.