Dan ada empat meja di serambi yang sebelah, dan enam meja di serambi yang sebelah.
Gambaran detail ruangan Bait Allah.
Kitab Yehezkiel, khususnya pasal 40 hingga 48, menyajikan sebuah visi kenabian yang mendalam mengenai Bait Allah yang baru. Visi ini diberikan kepada nabi Yehezkiel di pembuangan Babel, menawarkan harapan dan gambaran tentang masa depan pemulihan dan kemuliaan Allah yang akan datang. Salah satu detail spesifik yang muncul dalam deskripsi ini terdapat pada ayat 40:40, yang menyebutkan penempatan meja-meja di serambi luar Bait Allah yang baru. Ayat ini berbunyi, "Dan ada empat meja di serambi yang sebelah, dan enam meja di serambi yang sebelah."
Deskripsi ini, meskipun terdengar sederhana, memiliki signifikansi teologis dan praktis yang penting dalam konteks visi Yehezkiel. Serambi (atau aula) yang disebutkan kemungkinan merujuk pada area di dalam pelataran luar Bait Allah, tempat para imam dan umat mungkin melakukan berbagai aktivitas penting. Penempatan meja-meja ini menunjukkan adanya fungsi tertentu yang vital bagi operasional dan ibadah di Bait Allah. Para ahli tafsir Alkitab umumnya sepakat bahwa meja-meja ini digunakan untuk menempatkan persembahan, baik itu binatang korban, hasil bumi, maupun barang-barang lain yang dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya ibadah dan persembahan dalam hubungan umat dengan Allah.
Jumlah meja yang berbeda, empat di satu sisi dan enam di sisi lain, mungkin mencerminkan pembagian tugas atau jenis persembahan yang berbeda. Ini bisa jadi berkaitan dengan kelompok imam yang berbeda yang bertugas, atau dengan berbagai macam persembahan yang diperlukan untuk berbagai upacara ibadah. Yehezkiel 40:40 memberikan petunjuk visual tentang bagaimana Bait Allah yang baru ini tidak hanya tempat penyembahan semata, tetapi juga pusat aktivitas yang terorganisir dengan baik, yang mencerminkan kekudusan dan keteraturan ilahi.
Lebih dari sekadar deskripsi fisik, visi tentang Bait Allah baru ini juga penuh dengan makna simbolis. Bagi umat Israel yang sedang berada dalam pembuangan, visi ini menjadi pengingat akan janji Allah untuk memulihkan mereka, membangun kembali tempat kediaman-Nya di antara mereka, dan mengembalikan kemuliaan-Nya. Meja-meja yang menyediakan kebutuhan ibadah menandakan bahwa Allah akan terus bersekutu dengan umat-Nya dan menerima persembahan mereka, sebuah kontras yang menyakitkan dengan kondisi mereka saat itu di Babel.
Dalam perspektif Kristen, banyak bagian dari visi Yehezkiel mengenai Bait Allah ini dipahami sebagai gambaran antisipatif dari kedatangan Yesus Kristus dan Bait Allah yang baru, yaitu gereja-Nya. Yesus sendiri adalah Perjanjian Baru, dan Dia adalah tempat kita menemukan persekutuan dengan Allah. Pelayanan-Nya, pengorbanan-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya menyediakan dasar bagi kita untuk mempersembahkan ibadah rohani yang berkenan kepada Allah. Meja-meja dalam visi Yehezkiel dapat diinterpretasikan sebagai gambaran dari berbagai aspek pelayanan Kristus dan anugerah-Nya yang memelihara gereja-Nya, tempat kita terus-menerus diperlengkapi untuk melayani dan menyembah Tuhan. Detail seperti Yehezkiel 40:40 mengingatkan kita bahwa rencana Allah selalu terperinci dan memiliki tujuan yang mulia, yaitu untuk kemuliaan nama-Nya dan kesejahteraan umat-Nya.