"Dan inilah ruangan-ruangan kudus yang sebelah utara dari serambi depan dan yang sebelah barat dari bangunan luar, yang telah diukur oleh orang itu, panjangnya seratus hasta, dan lebarnya sepuluh hasta, dan ambang pintunya berhadapan dengan serambi depan, dan juga serambi depan berhadapan dengan halaman luar."
Ayat Yehezkiel 42:4 membawa kita pada deskripsi mendetail tentang struktur Bait Suci baru yang dilihat oleh nabi Yehezkiel dalam penglihatan kenabiannya. Penglihatan ini, yang dicatat dalam pasal 40 hingga 48, menggambarkan sebuah bait suci yang ideal dan dimuliakan, yang menjadi lambang kehadiran Allah yang sempurna di tengah umat-Nya. Fokus pada Yehezkiel 42:4 secara spesifik menguraikan pengukuran beberapa ruangan penting yang memiliki posisi strategis dalam kompleks bait suci tersebut.
Ayat ini menyebutkan adanya "ruangan-ruangan kudus yang sebelah utara dari serambi depan dan yang sebelah barat dari bangunan luar." Deskripsi ini memberikan gambaran spasial yang jelas tentang bagaimana elemen-elemen bait suci disusun. Lokasi "sebelah utara dari serambi depan" dan "sebelah barat dari bangunan luar" menunjukkan sebuah area yang penting secara hierarkis dan fungsional. Serambi depan (atau teras depan) sering kali menjadi area transisi antara bagian luar dan area yang lebih sakral. Penempatan ruangan-ruangan kudus di sebelah utara dan barat dari area ini memberikan kesan bahwa ruangan-ruangan tersebut lebih tersembunyi atau memiliki tingkat kekudusan yang lebih tinggi, atau mungkin berfungsi sebagai ruang untuk pelayan atau keperluan khusus lainnya yang terkait dengan ibadah.
Dimensi yang diberikan, "panjangnya seratus hasta, dan lebarnya sepuluh hasta," memberikan ukuran konkret yang menunjukkan skala ruangan tersebut. Angka "seratus hasta" (sekitar 45-50 meter) adalah ukuran yang sangat besar, sementara "sepuluh hasta" (sekitar 4.5-5 meter) adalah lebarnya. Kombinasi ini menciptakan sebuah ruangan yang panjang dan relatif sempit. Pengukuran yang presisi ini menekankan keteraturan, ketertiban, dan kesempurnaan yang diasosiasikan dengan rancangan ilahi. Dalam konteks Alkitab, pengukuran sering kali melambangkan pengudusan dan penetapan sesuatu untuk tujuan ilahi.
Lebih lanjut, ayat ini menjelaskan orientasi ruangan tersebut: "ambang pintunya berhadapan dengan serambi depan, dan juga serambi depan berhadapan dengan halaman luar." Penjelasan ini mengonfirmasi tata letak dan aksesibilitas ruangan. Pintu yang berhadapan dengan serambi depan menyiratkan bahwa ruangan tersebut dapat diakses dari serambi depan, yang merupakan bagian dari bait suci. Namun, fakta bahwa serambi depan itu sendiri berhadapan dengan "halaman luar" memberikan indikasi lebih lanjut mengenai posisi relatifnya dalam keseluruhan kompleks. Ini menempatkan ruangan-ruangan kudus ini dalam sebuah area yang memang dikhususkan untuk ibadah dan kehadiran Allah, namun tetap dapat dijangkau oleh mereka yang berwenang.
Penggambaran Yehezkiel mengenai Bait Suci yang terukur dan tertata rapi ini memiliki makna teologis yang mendalam. Bait Suci ideal ini bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol dari keteraturan ilahi, kemuliaan Allah, dan pemulihan umat-Nya. Pengukuran yang teliti menunjukkan bahwa tidak ada aspek dalam rencana Allah yang acak atau tanpa tujuan. Semuanya diatur dengan sempurna. Kehadiran Allah yang kembali dan berdiam di tengah umat-Nya dipertegas melalui deskripsi bait suci yang megah dan kudus ini. Bagi umat Israel yang tertindas dan tercerai berai, penglihatan ini memberikan harapan akan masa depan yang penuh pemulihan dan kebangkitan, di mana Allah akan kembali hadir secara penuh dan umat-Nya akan hidup dalam kekudusan-Nya.
Dalam interpretasi teologis, Bait Suci dalam penglihatan Yehezkiel ini sering kali dipandang sebagai gambaran nubuat tentang kedatangan Mesias dan gereja-Nya. Keteraturan dan kekudusan yang digambarkan mencerminkan tatanan ilahi dalam Kerajaan Allah. Yehezkiel 42:4, dengan penekanannya pada pengukuran dan penempatan ruangan-ruangan kudus, mengingatkan kita akan pentingnya ketepatan dan kekudusan dalam segala aspek penyembahan dan pelayanan kita kepada Allah.