Makna Penting Penyucian
Ayat Yehezkiel 43:20 menggambarkan sebuah ritual penting dalam Taurat Musa, yaitu penyucian mezbah di Bait Allah. Tindakan mengoleskan darah pada keempat tanduk mezbah, sudut-sudutnya, dan bingkainya secara keseluruhan menandakan pembersihan dan pengudusan tempat ibadah tersebut. Mezbah adalah pusat dari persembahan korban, dan darah yang digunakan dalam ritual ini memiliki makna simbolis yang mendalam, yaitu penebusan dosa dan pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah.
Dalam konteks Perjanjian Lama, penyucian adalah syarat mutlak agar ibadah dan persembahan dapat diterima oleh Tuhan. Mezbah yang belum disucikan tidak dapat menjadi tempat yang layak untuk mendekat kepada Tuhan yang Maha Kudus. Darah korban melambangkan kematian, namun juga sebagai pembayaran atas kesalahan dan dosa. Dengan dioleskannya darah, mezbah tersebut dibebaskan dari segala kenajisan dan siap digunakan untuk melayani Tuhan.
Kaitannya dengan Kesucian Allah
Ayat ini secara kuat menyoroti sifat kesucian Allah. Tuhan adalah pribadi yang murni dan tanpa cela. Setiap aspek dalam penyembahan kepada-Nya harus mencerminkan kesucian ini. Darah korban, meskipun bersifat sementara, berfungsi sebagai pengingat visual akan keseriusan dosa dan kebutuhan akan penebusan yang sempurna. Penekanan pada keempat sudut dan bingkai mezbah menunjukkan bahwa penyucian harus bersifat menyeluruh, mencakup setiap bagian yang terlibat dalam ibadah.
Bagi umat Tuhan di zaman Perjanjian Lama, ritual ini mengajarkan bahwa mendekat kepada Tuhan bukanlah perkara sepele. Diperlukan persiapan, pemurnian, dan pengorbanan. Ini adalah bayangan dan persiapan untuk kedatangan Yesus Kristus, Sang Imam Besar yang mengorbankan diri-Nya sendiri sebagai kurban yang sempurna. Darah-Nya yang dicurahkan di kayu salib menyucikan bukan hanya mezbah fisik, tetapi juga hati dan jiwa setiap orang yang percaya.
Penerapan dalam Kehidupan Modern
Meskipun kita tidak lagi melakukan ritual penyucian mezbah secara fisik, prinsip kesucian yang diajarkan dalam Yehezkiel 43:20 tetap relevan. Kita dipanggil untuk hidup dalam kesucian, sama seperti Allah kita yang kudus. Ini berarti kita harus secara terus-menerus menyucikan diri kita dari dosa dan keduniawian. Melalui doa, firman Tuhan, dan persekutuan dengan sesama orang percaya, kita dapat terus dibersihkan dan dimurnikan.
Seperti mezbah yang harus disucikan sebelum dipersembahkan korban, demikian pula hati dan hidup kita harus diserahkan kepada Tuhan dalam keadaan yang kudus. Pengorbanan Kristus telah menyediakan jalan bagi penyucian ini. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga hati dan pikiran kita agar layak di hadapan Tuhan, mencerminkan kesucian-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, dan menjadi bejana yang digunakan untuk kemuliaan-Nya.