"Persepuluhan yang patut dipersembahkan dan persembahan khusus yang kudus dari segala hasil panenmu haruslah diberikan kepada orang-orang Lewi, supaya mereka dapat mengurus ibadah di rumah TUHAN."
Ayat Yehezkiel 44:30 memberikan sebuah instruksi yang jelas dan fundamental mengenai persepuluhan dalam konteks bait Allah yang baru, sebagaimana digambarkan dalam penglihatan nabi Yehezkiel. Frasa kunci di sini adalah "persepuluhan yang patut dipersembahkan dan persembahan khusus yang kudus dari segala hasil panenmu haruslah diberikan kepada orang-orang Lewi". Ini bukan sekadar aturan tentang pembagian hasil bumi, melainkan sebuah penegasan tentang struktur ibadah dan peran kaum Lewi dalam pemeliharaannya.
Dalam tradisi Israel kuno, persepuluhan adalah sepersepuluh dari hasil pertanian, ternak, dan kekayaan yang diberikan kepada Tuhan. Fungsi utamanya adalah untuk menopang kehidupan para imam dan orang Lewi yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani di Bait Allah. Mereka tidak memiliki tanah warisan sendiri seperti suku-suku lain, sehingga persepuluhan menjadi sumber mata pencaharian utama mereka. Pemberian ini memastikan bahwa mereka dapat fokus pada tugas-tugas kekudusan tanpa terbebani oleh kebutuhan sehari-hari.
Yehezkiel 44:30 secara khusus menekankan aspek "kudus" dari persembahan ini. Ini menunjukkan bahwa persepuluhan bukanlah pajak atau sumbangan biasa, melainkan suatu tindakan penyerahan diri dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu yang dimiliki. Segala hasil panen, sumber kehidupan dan kemakmuran, dipersembahkan kembali kepada Tuhan sebagai bentuk syukur dan ketaatan. Pemberian ini juga merupakan sarana untuk menjaga kesucian Bait Allah dan kelancaran seluruh aktivitas ibadah yang dilakukan di dalamnya.
Penerima langsung persepuluhan ini adalah orang-orang Lewi, yang ditugaskan untuk "mengurus ibadah di rumah TUHAN". Pengertian "mengurus ibadah" di sini sangat luas, mencakup berbagai aspek pelayanan. Ini bisa berarti menjaga kebersihan dan kerapian Bait Suci, memelihara peralatan ibadah, memberikan musik dan nyanyian pujian, bahkan turut serta dalam berbagai ritual dan upacara yang ditetapkan.
Oleh karena itu, Yehezkiel 44:30 menegaskan hubungan simbiosis antara umat dan kaum Lewi/imam. Umat memberikan dukungan materi melalui persepuluhan, dan sebagai imbalannya, kaum Lewi menyediakan pelayanan rohani yang esensial bagi komunitas iman. Tanpa kedua elemen ini, ibadah yang teratur dan khidmat tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Ayat ini mengajarkan bahwa dukungan materi terhadap pelayanan rohani adalah prinsip ilahi yang diatur untuk kelangsungan ibadah.
Meskipun konteksnya adalah Bait Allah Israel kuno, prinsip di balik Yehezkiel 44:30 tetap relevan bagi orang percaya di masa kini. Dalam gereja-gereja dan komunitas rohani modern, ada kebutuhan untuk menopang para pelayan Tuhan (pendeta, misionaris, guru agama, dll.) yang mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk melayani umat. Konsep persepuluhan dan persembahan sukarela terus menjadi cara utama bagi banyak gereja untuk membiayai operasional, program-program pelayanan, dan dukungan bagi mereka yang berada di garis depan pelayanan.
Lebih dari sekadar kewajiban finansial, ayat ini mengingatkan kita bahwa memberikan persembahan adalah bentuk partisipasi aktif dalam memelihara dan memajukan pekerjaan Tuhan. Ini adalah cara untuk menyatakan bahwa segala yang kita miliki berasal dari Tuhan dan sebagian darinya dikembalikan kepada-Nya melalui pelayanan yang dipersembahkan kepada-Nya. Dengan memberikan dengan tulus dan sukarela, kita turut serta dalam memastikan bahwa "rumah Tuhan" senantiasa dapat berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan rohani yang memberkati.