Yehezkiel 46:4

"Dan persembahan yang harus dipersembahkan oleh raja dari tanah itu kepada TUHAN pada hari Sabat, enam ekor domba yang tidak bercela dan satu ekor lembu jantan yang tidak bercela."

Ilustrasi Persembahan pada Hari Sabat

Ayat Yehezkiel 46:4 memberikan gambaran rinci mengenai kewajiban persembahan yang harus dilakukan oleh seorang raja pada hari Sabat. Ayat ini merupakan bagian dari penglihatan Yehezkiel mengenai bait Allah yang akan datang, yang sarat dengan makna teologis dan liturgis. Persembahan yang disebutkan dalam ayat ini menekankan pentingnya ketaatan, kesucian, dan penghormatan kepada Tuhan, bahkan dalam ritual keagamaan yang rutin.

Arti dan Makna

Persembahan pada hari Sabat, seperti yang dijelaskan dalam Yehezkiel 46:4, bukan sekadar ritual tanpa arti. Ini adalah ekspresi dari pengakuan manusia atas kedaulatan Tuhan atas segala ciptaan, termasuk waktu dan kepemilikan. Hari Sabat sendiri adalah hari yang dikuduskan, hari untuk beristirahat dan berfokus pada hubungan dengan Tuhan. Persembahan yang diberikan pada hari ini meneguhkan kembali komitmen untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada hukum Tuhan.

Jumlah dan jenis persembahan juga memiliki signifikansi. Enam ekor domba dan satu ekor lembu jantan yang tidak bercela menunjukkan kesungguhan dan kelengkapan dalam memberikan persembahan. Domba dan lembu adalah hewan yang lazim dipersembahkan dalam tradisi Israel kuno, melambangkan pengorbanan yang berharga. Kata "tidak bercela" sangat penting, mengindikasikan bahwa persembahan haruslah yang terbaik dari kawanan, tanpa cacat, mencerminkan kesucian Tuhan yang tidak bisa dijamah dengan sesuatu yang kurang sempurna.

Peran Raja dalam Ibadah

Ayat ini secara spesifik menyebutkan "raja dari tanah itu". Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin negara memiliki peran penting dalam memimpin ibadah dan memelihara hubungan spiritual umat dengan Tuhan. Raja bertindak sebagai wakil umat di hadapan Tuhan, memastikan bahwa ritual keagamaan dilaksanakan dengan benar dan penuh hormat. Peran ini bukan hanya kekuasaan politik, tetapi juga tanggung jawab rohani yang besar. Raja harus menjadi teladan dalam ketaatan dan penyembahan.

Kewajiban ini juga menyiratkan bahwa ibadah yang dipersembahkan haruslah diawasi dan diatur. Yehezkiel menerima penglihatan ini pada masa pembuangan, saat bait Allah di Yerusalem telah dihancurkan. Melalui penglihatan ini, Tuhan memberikan janji tentang pemulihan dan pembangunan kembali bait Allah, serta sistem ibadah yang akan tegak kembali. Persembahan yang dirinci dalam pasal ini adalah bagian dari gambaran bait Allah yang dimurnikan dan diperbarui, yang melambangkan kedekatan Tuhan dengan umat-Nya.

Relevansi Masa Kini

Meskipun konteks Yerhezkiel 46:4 adalah sistem ibadah kuno yang spesifik untuk bait Allah, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan bagi orang percaya saat ini. Prinsip ketaatan, kesungguhan dalam beribadah, memberikan yang terbaik bagi Tuhan, dan memuliakan hari Sabat sebagai hari Tuhan, adalah ajaran yang terus berlaku.

Bagi umat Kristen, Hari Sabat diperingati sebagai hari Tuhan, hari untuk berhenti dari pekerjaan duniawi dan berfokus pada persekutuan dengan Tuhan, firman-Nya, dan sesama. Meskipun bentuk ibadah telah berubah seiring dengan pengorbanan Kristus, semangat pemberian diri yang tulus kepada Tuhan, termasuk waktu, tenaga, dan sumber daya, tetap menjadi bagian penting dari kehidupan rohani yang sejati. Yehezkiel 46:4 mengingatkan kita bahwa ibadah kepada Tuhan seharusnya selalu disertai dengan ketulusan, keikhlasan, dan pemberian yang terbaik.