Yehezkiel 46:5

"Dan dari kumpulan roti, sepersepuluh efa untuk seekor lembu jantan, dan sepersepuluh efa untuk seekor domba jantan, dan minyak, sepersepuluh efa untuk setiap domba."
Simbol Persembahan Bait Allah

Makna dan Implikasi dari Yehezkiel 46:5

Ayat Yehezkiel 46:5, bersama dengan ayat-ayat di sekitarnya, menggambarkan dengan sangat spesifik mengenai aturan persembahan dan tata cara ibadah yang akan berlaku di Bait Allah yang baru, seperti yang divisikan oleh Nabi Yehezkiel. Ayat ini berfokus pada proporsi persembahan roti dan minyak yang harus dipersembahkan bersama dengan korban binatang. Ini bukan sekadar detail seremonial, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam mengenai pentingnya ketaatan, rasa syukur, dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan dalam segala aspek kehidupan umat-Nya.

Perintah untuk mempersembahkan sepersepuluh efa roti dan minyak untuk setiap lembu jantan atau domba jantan menunjukkan bahwa persembahan ini adalah bagian integral dari ibadah, bukan sesuatu yang terpisah. Keteraturan dan ketepatan ukuran persembahan ini menggarisbawahi pentingnya kedisiplinan rohani dan kejujuran dalam memberikan kepada Tuhan. Dalam konteks zaman Perjanjian Lama, persembahan ini berfungsi untuk memelihara imam dan Lewi yang melayani di Bait Allah, serta sebagai ungkapan hati yang tulus kepada Sang Pencipta. Ini juga mengingatkan umat bahwa segala sesuatu, termasuk hasil bumi dan ternak mereka, berasal dari berkat Tuhan.

Lebih dari sekadar persembahan fisik, ayat ini mengisyaratkan prinsip spiritual yang abadi. Keteraturan dalam memberikan sepersepuluh (sepuluh persen) dari hasil, sebagaimana diimplikasikan dalam sistem perpuluhan di masa lalu, mengajarkan umat untuk tidak mengikatkan diri pada harta benda duniawi. Ini adalah tindakan iman yang mengakui bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Yehezkiel 46:5 menjadi pengingat bahwa ibadah yang sejati melibatkan seluruh aspek kehidupan, termasuk cara kita mengelola sumber daya yang diberikan Tuhan kepada kita. Ketekunan dalam memberikan, bahkan dalam ukuran yang telah ditentukan, adalah bentuk pengabdian yang mengalir dari hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan.

Perhatikan pula penekanan pada 'kumpulan roti' dan minyak. Ini menunjukkan kesatuan dalam persembahan. Umat berkumpul, membawa persembahan mereka, dan semuanya dipersembahkan kepada Tuhan. Di Bait Allah yang baru, suasana kebersamaan dan persekutuan dalam ibadah juga ditekankan. Persembahan ini bukan hanya untuk memelihara sistem keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya. Dalam setiap persembahan roti dan minyak yang diperintahkan, terkandung pesan bahwa Tuhan menghendaki hubungan yang intim, di mana umat datang kepada-Nya dengan hati yang bersyukur dan taat.

Memahami Yehezkiel 46:5 memberikan kita perspektif yang lebih luas tentang sifat ibadah yang memuaskan hati Tuhan. Ini melampaui ritual semata, melainkan mencakup kesediaan untuk memberikan bagian terbaik dari apa yang kita miliki, dengan hati yang tulus dan disiplin rohani. Ajaran ini tetap relevan hingga kini, mengajarkan kita tentang pentingnya kedermawanan, rasa syukur, dan penyerahan diri dalam setiap aspek kehidupan kita sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta. Konsep Yehezkiel 46:5 mengajarkan bahwa ibadah yang benar adalah ibadah yang menyeluruh, melibatkan pemberian yang tulus dari berkat Tuhan.