"Akhir telah datang, akhir telah datang, itulah yang menggerakkan kebencian-Ku kepadamu; akhir telah datang, akhir telah datang, itulah yang menggerakkan kebencian-Ku kepadamu; Ya, akhir telah datang, akhirnya telah tiba! Ia telah bangkit menghadapi engkau, lihat, ia telah tiba!"
Ayat Yehezkiel 7:6 membawa pesan yang sangat kuat dan tegas mengenai tibanya sebuah akhir yang tak terhindarkan. Kata "akhir" diulang berkali-kali, menekankan urgensi dan kepastian dari peristiwa yang dinubuatkan. Dalam konteks kitab Yehezkiel, akhir ini merujuk pada penghakiman ilahi yang akan menimpa bangsa Israel karena dosa-dosa dan ketidaktaatan mereka terhadap Tuhan. Nubuat ini disampaikan di tengah masa pembuangan Babel, ketika umat Tuhan sedang merasakan dampak dari pelanggaran perjanjian mereka.
Pengulangan frasa "akhir telah datang" bukan hanya sekadar penekanan retoris, tetapi juga berfungsi untuk membangun kesadaran akan situasi yang genting. Ini adalah panggilan terakhir agar umat Israel merenungkan perbuatan mereka dan menyadari konsekuensi dari pilihan mereka. Tuhan melalui nabi Yehezkiel menunjukkan ketidakpuasan dan "kebencian-Nya" kepada mereka, bukan kebencian dalam arti emosional manusiawi, melainkan ketidaksetujuan yang mendalam terhadap dosa dan pemberontakan yang telah mereka lakukan. Kebencian ini adalah manifestasi dari kesucian Tuhan yang tidak dapat mentolerir pelanggaran hukum-Nya.
Perintah untuk mengamati, "lihat, ia telah tiba!", merupakan seruan agar umat tidak mengabaikan tanda-tanda yang ada. Akhir ini bukan fenomena abstrak, melainkan sebuah kenyataan yang akan segera mereka saksikan dengan mata kepala sendiri. Ini bisa diartikan sebagai datangnya malapetaka, kehancuran, atau pembuangan yang lebih parah. Dalam sejarah, ini sering dihubungkan dengan jatuhnya Yerusalem dan Bait Suci, peristiwa yang sangat traumatis bagi bangsa Israel. Yehezkiel 7:6 berfungsi sebagai peringatan yang jelas bahwa tindakan memiliki konsekuensi, dan ketika keadilan Tuhan sudah terlalu lama tertunda, penghakiman pasti akan datang.
Bagi pembaca masa kini, pesan Yehezkiel 7:6 tetap relevan. Ia mengingatkan kita akan keadilan Tuhan yang mutlak dan keseriusan dosa. Meskipun konteks historisnya spesifik, prinsip bahwa tindakan memiliki akibat dan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil tetap berlaku. Ayat ini mendorong introspeksi diri, pertobatan, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Dengan memahami bahwa ada "akhir" yang pasti, kita termotivasi untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, bukan karena takut akan penghakiman, tetapi karena kasih dan kerinduan untuk menyenangkan hati Sang Pencipta. Pesan ini mengajarkan pentingnya mendengar peringatan ilahi dan bertindak sebelum terlambat.