Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia dalam pasal 17, ayat 19, merupakan sebuah panggilan yang sangat penting. Ayat ini bukan sekadar pengingat historis dari masa lalu, tetapi juga sebuah nasehat yang relevan bagi setiap individu yang mengaku sebagai umat Tuhan, terlepas dari zaman dan tempat. Inti dari pesan ini adalah sebuah seruan untuk sebuah kesadaran rohani yang mendalam, sebuah perenungan akan arti sejati dari ketaatan dan penyembahan kepada Tuhan.
Konteks Yeremia 17:19 mengarah pada sebuah situasi di mana bangsa Israel menghadapi masa-masa sulit. Tuhan memanggil Yeremia untuk berdiri di gerbang rumah Tuhan, tempat di mana banyak orang datang untuk beribadah dan mencari Tuhan. Di sana, Yeremia diperintahkan untuk menyampaikan firman Tuhan yang tegas: "Dengarlah firman TUHAN, hai semua orang Yehuda yang masuk melalui gerbang-gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN." Ini bukan sekadar peringatan biasa, melainkan sebuah penegasan bahwa penyembahan yang tulus haruslah disertai dengan pemahaman dan ketaatan terhadap firman-Nya.
Ayat ini menekankan pentingnya mendengarkan firman Tuhan. Dalam kesibukan hidup sehari-hari, seringkali kita menemukan diri kita sibuk dengan berbagai hal, termasuk kegiatan keagamaan. Namun, Tuhan ingin kita tidak hanya sekadar hadir secara fisik, tetapi juga hadir secara rohani. Mendengarkan firman Tuhan berarti membuka hati dan pikiran kita untuk menerima kebenaran-Nya, merenungkannya, dan yang terpenting, menerapkannya dalam kehidupan kita. Tanpa pendengaran yang sungguh-sungguh, penyembahan kita bisa menjadi formalitas belaka, tanpa makna yang mendalam.
Lebih lanjut, Yeremia 17:19 mengajak kita untuk merenungkan tujuan kita datang kepada Tuhan. Kita datang untuk sujud menyembah, tetapi pertanyaan pentingnya adalah, apakah penyembahan itu berasal dari hati yang taat? Tuhan tidak menginginkan penyembahan yang lahir dari kepura-puraan atau kewajiban semata. Dia mendambakan hubungan yang intim, di mana kita tunduk pada kehendak-Nya dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya. Melangkah masuk melalui gerbang rumah Tuhan seharusnya mencerminkan sebuah komitmen untuk hidup dalam kekudusan dan kebenaran-Nya.
Dalam era modern ini, pesan Yeremia 17:19 tetap relevan. Kita mungkin tidak lagi memiliki gerbang fisik Bait Allah yang sama seperti dulu, tetapi kita memiliki kesempatan yang sama untuk mendengarkan firman-Nya melalui berbagai cara: kebaktian, renungan, pembacaan Alkitab, dan sebagainya. Penting bagi kita untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri: apakah kita benar-benar mendengarkan? Apakah hati kita terbuka untuk diperbaharui oleh firman-Nya? Apakah penyembahan kita mencerminkan kehidupan yang taat kepada Tuhan? Yeremia 17:19 mengingatkan kita bahwa hubungan yang otentik dengan Tuhan dimulai dari hati yang mau mendengar dan merespons firman-Nya dengan penuh ketaatan.
Ilustrasi: Gerbang menuju pendengaran yang membawa ketaatan.