Ayat Yeremia 23:36 menyajikan sebuah pesan yang kuat dan relevan bagi umat Tuhan di segala zaman. Nabi Yeremia, dalam konteks pesan-pesan peringatan dan pengharapan kepada bangsa Israel, menegaskan pentingnya membedakan antara perkataan yang berasal dari manusia, bahkan yang diklaim sebagai "rumor Tuhan", dengan firman Tuhan yang sejati. Inti dari ayat ini terletak pada konsep "beban" yang dipahami secara berbeda.
Pada masa Yeremia, banyak nabi palsu yang menyebarkan pesan-pesan yang menenangkan hati, janji-janji kosong, dan interpretasi yang menyimpang tentang kehendak Tuhan. Mereka sering kali berbicara tentang "rumor Tuhan" – yaitu, apa yang mereka dengar atau anggap sebagai perkataan Tuhan, padahal itu adalah pemikiran, keinginan, atau bahkan kebohongan mereka sendiri. Tuhan melalui Yeremia menyatakan bahwa perkataan semacam ini, yang tidak otentik dan menyesatkan, akan menjadi "beban" yang memberatkan bagi orang-orang yang mempercayainya. Beban ini dapat berupa kekecewaan, penghakiman yang tidak layak, atau jalan hidup yang salah.
Sebaliknya, Yeremia menegaskan bahwa firman Tuhan yang sejati adalah "bebanmu sendiri". Konsep "beban" di sini bukanlah sesuatu yang negatif atau membebani secara paksa. Sebaliknya, ini mengacu pada tanggung jawab, otoritas, dan kebenaran yang datang bersama dengan firman Tuhan. Ketika seseorang menerima firman Tuhan, ia menerima tanggung jawab untuk hidup sesuai dengannya, menerapkannya, dan bahkan memikul kebenaran tersebut di hadapan dunia. Firman Tuhan adalah sesuatu yang memiliki bobot, kekuatan, dan kepastian ilahi. Mengadopsi firman Tuhan sebagai "beban" berarti menjadikannya sebagai panduan hidup yang utama, sumber otoritas, dan dasar bagi keyakinan.
Dalam konteks kehidupan modern, pesan Yeremia 23:36 tetap sangat relevan. Kita hidup di era informasi yang melimpah, di mana berbagai macam gagasan, opini, dan klaim tentang kebenaran bersaing untuk mendapatkan perhatian kita. Seringkali, ada yang mengklaim mendapatkan wahyu atau pesan khusus dari Tuhan, namun jika itu bertentangan dengan firman Tuhan yang telah dinyatakan dalam Kitab Suci, maka itu patut diwaspadai. Kita dipanggil untuk menguji segala sesuatu dan berpegang pada apa yang baik, yaitu firman Tuhan yang otentik dan konsisten.
Memilih firman Tuhan sebagai "beban" berarti berkomitmen untuk mempelajari Alkitab, merenungkannya, dan berusaha keras untuk mematuhinya, bahkan ketika itu menantang atau tidak populer. Ini adalah sebuah kesadaran bahwa firman Tuhan memiliki kekuatan untuk membentuk, mengubahkan, dan menuntun hidup kita menuju tujuan ilahi. Ini adalah anugerah sekaligus tugas mulia. Perkataan Tuhan bukanlah sekadar informasi, melainkan kuasa transformatif yang mengalir dari sumber kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, marilah kita dengan sadar menjadikan firman Tuhan sebagai beban yang mulia dan sebagai kompas yang mengarahkan setiap langkah kehidupan kita, menjauhi "rumor Tuhan" yang menyesatkan dan merangkul kebenaran ilahi yang menguatkan dan membebaskan.