Yeremia 27:18

"Jikalau mereka adalah nabi, dan jika mereka mendapat firman TUHAN, biarlah mereka sekarang memohon kepada TUHAN semesta alam, supaya perkakas-perkakas yang masih tinggal di rumah TUHAN dan di rumah raja Yehuda dan di Yerusalem jangan dibawa ke Babel."

Firman Tuhan yang tercatat dalam Yeremia 27:18 merupakan sebuah peringatan dan tantangan yang tegas, terutama di tengah situasi genting yang dihadapi oleh bangsa Yehuda. Pada masa itu, Nebukadnezar, raja Babel, telah berulang kali melakukan invasi ke Yehuda, membawa pergi banyak harta benda dan orang-orang terkemuka ke pembuangan. Situasi ini menimbulkan ketakutan dan keraguan di hati banyak orang, termasuk para nabi palsu yang mencoba menenangkan mereka dengan janji-janji palsu tentang perdamaian dan keselamatan yang tidak datang dari Tuhan.

Dalam konteks ini, Yeremia tampil sebagai nabi yang setia, menyampaikan pesan Tuhan yang sejatinya. Ayat 18 ini adalah bagian dari serangkaian pesan Yeremia yang menantang para nabi palsu. Tuhan melalui Yeremia berkata, "Jikalau mereka adalah nabi, dan jika mereka mendapat firman TUHAN, biarlah mereka sekarang memohon kepada TUHAN semesta alam..." Ini adalah seruan yang mendesak. Tuhan seolah berkata, jika para nabi yang mengaku mendapat firman-Nya itu benar-benar nabi dan membawa pesan dari-Nya, maka buktikanlah! Buktikan dengan memohon kepada Tuhan semesta alam agar perkakas-perkakas berharga yang masih tersisa di Bait Suci Tuhan, rumah raja, dan di Yerusalem tidak dibawa ke Babel.

Permohonan untuk perkakas-perkakas ini bukan sekadar soal benda mati. Perkakas-perkakas tersebut memiliki nilai religius dan simbolis yang sangat tinggi. Mereka adalah bagian dari ibadah kepada Tuhan, saksi dari perjanjian dan kehadiran-Nya di tengah umat-Nya. Jika perkakas-perkakas ini dibawa pergi, itu berarti hilangnya sebagian dari identitas keagamaan dan keberadaan Tuhan di tanah Yehuda. Ini adalah metafora dari kehancuran total.

Tantangan ini adalah ujian otentisitas. Apakah para nabi palsu itu benar-benar berbicara atas nama Tuhan, ataukah mereka hanya mengikuti keinginan hati dan ketakutan rakyat? Tuhan ingin mereka menghadapi realitas dan memohon pertolongan-Nya secara langsung. Namun, yang terjadi sebenarnya adalah mereka tidak dapat melakukan apa-apa. Janji-janji palsu mereka terbukti kosong karena mereka tidak memiliki otoritas ilahi. Mereka gagal dalam ujian ini, menunjukkan bahwa mereka bukanlah nabi-nabi Tuhan yang sejati.

Bagi kita hari ini, Yeremia 27:18 mengajarkan pentingnya mendengarkan firman Tuhan yang benar dan mewaspadai ajaran-ajaran palsu. Kehidupan rohani yang sejati ditandai dengan ketaatan pada firman Tuhan dan penyerahan diri pada kehendak-Nya, bukan pada spekulasi atau janji-janji yang tidak berdasar. Tantangan ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki kedaulatan atas segala sesuatu, termasuk nasib umat-Nya dan segala ciptaan-Nya. Ketika kita menghadapi kesulitan, seruan kita seharusnya tertuju kepada Tuhan semesta alam, sumber segala kekuatan dan harapan. Janji-Nya selalu teguh, dan Ia selalu bekerja bagi kebaikan umat-Nya, bahkan di tengah badai kehidupan.