Ilustrasi: Dialog nubuat di bawah pengawasan.
Ayat Yeremia 28:5 membawa kita pada momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Pada masa pembuangan pertama ke Babel, banyak nabi palsu yang bermunculan, menawarkan janji-janji palsu tentang kedamaian dan kepulangan yang cepat. Mereka berbicara atas nama diri sendiri atau berdasarkan keinginan rakyat, bukan atas firman Tuhan yang sesungguhnya. Dalam konteks inilah, Yeremia tampil sebagai nabi kebenaran, seringkali membawa pesan yang tidak populer namun penting. Ayat ini menyoroti sebuah interaksi langsung antara Yeremia dan Hananya, seorang nabi yang dianggap berbicara sesuatu yang berbeda dari Yeremia. Pertemuan ini terjadi di tempat yang sangat sakral, yaitu di pelataran Bait Suci TUHAN, di hadapan para imam dan seluruh rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang diucapkan oleh para nabi memiliki bobot dan perhatian besar dari masyarakat pada masa itu.
Hananya adalah representasi dari mereka yang mencoba meredakan kekhawatiran rakyat dengan memberikan harapan kosong. Ia memproklamasikan bahwa kuk penindasan Babel akan segera dipatahkan, dan semua bejana rumah Tuhan yang telah dibawa ke Babel akan segera dikembalikan. Janjinya terdengar manis dan menggembirakan bagi telinga bangsa yang sedang menderita. Namun, nubuatnya bertentangan dengan pesan Yeremia yang telah berulang kali disampaikan, yaitu bahwa bangsa Israel akan berada dalam pembuangan selama tujuh puluh tahun karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Hananya, dalam upayanya untuk tampil sebagai pembawa kabar baik, sebenarnya sedang menabur benih kebohongan dan menyesatkan umat Tuhan. Tindakannya ini bukan hanya melawan pesan Tuhan, tetapi juga memberikan rasa aman palsu yang bisa berakibat fatal bagi iman mereka.
Yeremia, nabi sejati, berdiri di sana menyaksikan dan mendengar pronogasi Hananya. Perannya bukan hanya sebagai penyampai pesan dari Tuhan, tetapi juga sebagai penjaga kebenaran ilahi. Ia dipanggil untuk setia menyampaikan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, bahkan ketika itu sulit atau tidak populer. Kehadirannya di pelataran Bait Suci, di tengah kerumunan, menunjukkan keberaniannya untuk menghadapi nabi palsu secara terbuka. Ini bukan sekadar perselisihan pribadi, melainkan perjuangan antara suara kebenaran ilahi dan suara manusia yang menyenangkan. Tugas Yeremia adalah untuk mengingatkan umat bahwa keselamatan sejati datang dari ketaatan kepada Tuhan, bukan dari harapan yang dibangkitkan oleh nabi-nabi palsu.
Kisah Yeremia 28:5 mengajarkan kita pentingnya membedakan antara nubuat yang datang dari Tuhan dan yang berasal dari manusia. Di era modern, kita mungkin tidak mendengar nabi-nabi yang berbicara secara langsung seperti di zaman Yeremia, namun semangat nabi palsu masih ada dalam berbagai bentuk. Ada banyak suara yang menawarkan solusi cepat, keberuntungan instan, atau kenyamanan semu yang tidak berakar pada kebenaran yang kekal. Sebagai individu, kita dipanggil untuk memiliki hikmat rohani, untuk selalu menguji setiap ajaran dan janji dengan Firman Tuhan. Kita perlu berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar kita dapat mengenali suara Tuhan yang benar di tengah kebisingan suara-suara lain. Kebenaran ilahi seringkali menuntut perubahan, penyesalan, dan ketaatan yang tulus, yang mungkin tidak selalu menyenangkan, tetapi itulah jalan menuju pemulihan dan keselamatan sejati. Kebenaran dari Tuhan, seperti yang disampaikan Yeremia, adalah anugrep yang paling berharga.