"Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: 'Ambillah tindakan, hai engkau yang membuat bumi, hai engkau yang membentuknya dan menegakkannya, TUHAN adalah nama-Nya:"
Ayat Yeremia 33:2 merupakan pengingat yang kuat tentang kedaulatan dan kuasa Allah dalam melaksanakan janji-Nya. Dalam konteks Kitab Yeremia, seringkali berhadapan dengan pesan kenabian tentang penghukuman dan kehancuran, ayat ini muncul sebagai cahaya harapan. TUHAN, Sang Pencipta dan Penegak segala sesuatu, menyatakan diri-Nya sebagai Pribadi yang aktif dan berkuasa atas sejarah dan seluruh ciptaan-Nya.
Frasa "Ambillah tindakan, hai engkau yang membuat bumi, hai engkau yang membentuknya dan menegakkannya" bukanlah undangan pasif. Ini adalah sebuah deklarasi iman tentang siapa Allah itu. Dia bukan dewa yang jauh dan tidak peduli, melainkan Pencipta yang terus menerus terlibat dalam karya-Nya. Kata "membuat" (bahasa Ibrani: asah) menyiratkan penciptaan dari ketiadaan, sementara "membentuk" (bahasa Ibrani: yatsar) menggambarkan keterampilan artistik seorang pembuat tembikar yang membentuk tanah liat. Dan "menegakkannya" (bahasa Ibrani: kun) menunjukkan stabilitas dan kekokohan yang Dia berikan pada alam semesta.
Ketika Yeremia menyampaikan firman ini, bangsa Israel sedang menghadapi masa-masa sulit. Kota Yerusalem mungkin sedang dalam ancaman, atau bahkan sudah dihancurkan. Dalam situasi seperti itu, sangat mudah bagi mereka untuk kehilangan harapan dan meragukan kesetiaan Allah. Namun, Allah mengingatkan mereka melalui Yeremia bahwa Dia adalah Allah yang sama yang telah menciptakan dan memelihara seluruh bumi. Dia memiliki kuasa untuk mengendalikan jalannya sejarah dan untuk memulihkan umat-Nya.
Nama "TUHAN" (bahasa Ibrani: Yahweh) yang diulang di akhir ayat ini adalah nama perjanjian Allah, yang mengingatkan umat-Nya akan hubungan khusus yang telah Dia jalin dengan mereka. Ini bukan hanya pengingat akan kuasa-Nya, tetapi juga jaminan kasih setia-Nya. TUHAN adalah Pribadi yang setia pada janji-janji-Nya. Meskipun umat-Nya mungkin jatuh dalam dosa dan menghadapi konsekuensi, Allah tetap berkuasa dan berkehendak untuk memulihkan.
Kebenaran Yeremia 33:2 mengajarkan kita bahwa dalam segala situasi, bahkan yang paling gelap sekalipun, kita dapat bersandar pada Allah yang Mahakuasa. Dia adalah Pencipta, Penopang, dan Penebus kita. Ketika kita merasa dunia di sekitar kita runtuh, ingatlah bahwa Dia yang membentuk gunung dan lautan adalah Dia juga yang memegang kendali atas hidup kita. Janji-janji-Nya teguh dan pasti, karena Dia adalah TUHAN, Allah yang kekal. Kepercayaan pada kehendak dan kuasa-Nya memberikan dasar yang kokoh untuk harapan kita.