"Demikianlah firman TUHAN: Dari keturunan Yonadab bin Rekhab tidak akan terputus seorang pun yang akan berdiri di hadapan-Ku senantiasa."
Ayat Yeremia 35:17 membawa pesan kekuatan dan janji ilahi yang luar biasa, berakar pada ketaatan yang konsisten. Perikop ini menceritakan tentang test yang diberikan Tuhan melalui nabi Yeremia kepada kaum Rekhab, sebuah suku nomaden yang terkenal karena ketaatan mereka pada perintah leluhur mereka, Yonadab bin Rekhab. Yonadab telah memerintahkan keturunannya untuk tidak minum anggur, tidak membangun rumah, tidak menanam kebun anggur, dan hidup dalam kemah.
Dalam konteks Yerusalem yang sedang dilanda kehancuran dan penyembahan berhala, Tuhan memerintahkan Yeremia untuk membawa kaum Rekhab ke salah satu ruang di Bait Allah dan menawarkan mereka anggur. Namun, dengan teguh mereka menolak, menyatakan bahwa mereka akan tetap mematuhi perintah leluhur mereka. Ketaatan ini, yang dilakukan bukan karena takut kepada Tuhan secara langsung pada saat itu, melainkan sebagai penghormatan terhadap perintah turun-temurun, justru mendapat pujian dari Tuhan.
Tuhan melalui Yeremia membandingkan ketaatan kaum Rekhab dengan ketidaktaatan umat Israel. Israel, yang telah menerima hukum dan perjanjian dari Tuhan, sering kali berpaling ke jalan yang salah. Sebaliknya, kaum Rekhab, yang tidak memiliki perjanjian yang sama secara spesifik, menunjukkan kesetiaan yang luar biasa pada warisan mereka. Janji yang diberikan dalam Yeremia 35:17 adalah konsekuensi langsung dari kesetiaan ini. Tuhan berjanji bahwa dari keturunan Yonadab bin Rekhab, akan selalu ada yang berdiri di hadapan-Nya. Ini bukan sekadar janji kelangsungan hidup fisik, tetapi juga janji keberlangsungan spiritual, sebuah garis keturunan yang tetap setia dan dihormati di hadapan Tuhan.
Pesan moral dari ayat ini sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini. Ketaatan yang setia, bahkan terhadap nilai-nilai yang telah diwariskan atau komitmen yang telah dibuat, memiliki nilai yang tinggi di mata Tuhan. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya integritas, konsistensi, dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip yang baik. Ketaatan kaum Rekhab, meskipun tampak sederhana, menjadi saksi bisu bahwa kesetiaan pada kebenaran, sekecil apapun, tidak akan luput dari perhatian Ilahi dan dapat membuahkan berkat yang langgeng.
Kita dapat merenungkan bagaimana kita menanggapi tuntutan-tuntutan hidup yang datang, baik dari keluarga, masyarakat, maupun dari panggilan Tuhan. Apakah kita konsisten dalam komitmen kita? Apakah kita menghargai dan memelihara warisan kebaikan yang telah ditanamkan kepada kita? Yeremia 35:17 mengundang kita untuk belajar dari kaum Rekhab, bahwa kesetiaan pada prinsip yang benar, dengan tekad yang kuat, akan selalu menemukan tempatnya di hadapan Tuhan.
Dalam era modern ini, di mana banyak nilai sering kali dilupakan atau diabaikan, kesaksian kaum Rekhab mengingatkan kita akan kekuatan karunia ilahi yang menyertai kesetiaan. Janji bahwa akan selalu ada yang berdiri di hadapan-Nya adalah metafora untuk keberlangsungan iman dan pelayanan yang tidak terputus dari generasi ke generasi. Ini adalah pengingat bahwa kesetiaan kita kepada prinsip-prinsip kebaikan dan kebenaran, sekecil apapun, dapat memiliki dampak yang luar biasa dan berjangka panjang, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi keturunan kita.