"Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Karena kamu telah menaati segala perintah Yonadab, leluhurmu, dan memegang teguh segala ketentuannya dan melakukan segala yang diperintahkannya kepadamu,"
Kitab Yeremia seringkali dipenuhi dengan peringatan dan ratapan, menggambarkan ketidaktaatan umat Allah dan konsekuensinya. Namun, di tengah pesimisme tersebut, ada secercah harapan dan teladan yang berharga dalam pasal 35. Ayat 18, yang menjadi fokus kita, bukanlah sekadar kalimat penutup dari sebuah narasi, melainkan sebuah janji ilahi yang menggugah hati, yang terhubung erat dengan kesetiaan luar biasa dari keturunan Yonadab. Kisah ini menceritakan bagaimana nabi Yeremia diperintahkan oleh Allah untuk membawa kaum Rakah ke salah satu ruangan di rumah Tuhan dan menawarkan mereka anggur. Namun, mereka menolak, mengingat perintah leluhur mereka, Yonadab bin Rekab, untuk tidak minum anggur, tidak membangun rumah, dan tidak menanam kebun anggur, melainkan hidup dalam kemah agar hidup mereka panjang di tanah pengembaraan.
Apa yang membuat leluhur mereka, Yonadab, memberikan perintah yang tampak begitu restriktif? Yonadab, yang hidup pada zaman Raja Yehu, adalah seorang yang setia pada prinsip-prinsip kesederhanaan dan ketaatan. Perintahnya bukanlah tentang menolak kehidupan, melainkan tentang menghindari kemegahan dan jebakan kemewahan yang seringkali menjauhkan manusia dari kesadaran akan ketergantungan pada Tuhan. Hidup di kemah melambangkan gaya hidup yang nomaden, senantiasa siap berpindah dan bergantung pada penyediaan Tuhan. Ini adalah pengingat konstan akan perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka, Israel, yang keluar dari Mesir.
Tuhan melihat kesetiaan keturunan Yonadab ini sebagai sebuah kontras yang mencolok dengan ketidaksetiaan umat-Nya sendiri. Mereka, keturunan Israel, meskipun telah menerima hukum dan berkat Tuhan, seringkali melupakan Dia dan mengikuti jalan dunia. Sebaliknya, keturunan Yonadab, yang tidak memiliki perjanjian seperti Israel, tetap berpegang teguh pada warisan leluhur mereka. Inilah yang membuat firman Tuhan melalui Yeremia begitu kuat: "Karena kamu telah menaati segala perintah Yonadab, leluhurmu, dan memegang teguh segala ketentuannya dan melakukan segala yang diperintahkannya kepadamu."
Janji yang menyertainya adalah sangat signifikan: "Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sungguh, tidak akan terputus keturunan Yonadab bin Rekab, yang menjadi hamba-Ku, seorangpun dari padanya di hadapan-Ku sampai selama-lamanya." (Yeremia 35:19). Janji ini bukan hanya tentang kelangsungan hidup fisik, tetapi juga tentang keberadaan mereka sebagai umat yang diakui dan diberkati oleh Tuhan. Ini adalah pengakuan atas prinsip kesetiaan, ketaatan, dan kerendahan hati yang mereka tunjukkan.
Dalam konteks kehidupan modern, pelajaran dari keturunan Yonadab dan firman Tuhan dalam Yeremia 35:18 sangat relevan. Kita hidup di dunia yang penuh dengan godaan kemewahan, kenyamanan, dan kemudahan. Seringkali, kita tergoda untuk mengorbankan prinsip-prinsip rohani demi pencapaian duniawi. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya memegang teguh ajaran-ajaran luhur, menjaga kesederhanaan, dan senantiasa bergantung pada Tuhan. Kesetiaan pada prinsip-prinsip kebenaran, meskipun tidak selalu populer atau mudah, akan selalu mendapatkan pengakuan dan berkat dari Tuhan.
Mari kita renungkan firman ini dan jadikan teladan keturunan Yonadab sebagai inspirasi. Dalam ketaatan pada firman Tuhan dan nilai-nilai luhur, kita juga dapat mengalami berkat dan pengakuan dari Dia yang adalah Allah semesta alam. Kesetiaan kita, sekecil apapun, jika dilakukan dengan tulus karena kasih kepada Tuhan, tidak akan pernah luput dari perhatian-Nya.