Yeremia 35:2

"Pergilah ke rumah kaum Rekhab, dan ajaklah mereka masuk ke salah satu kamar rumah Tuhan dan beri mereka minum anggur."

Simbol Perintah dan Ketaatan

Ketaatan yang Menginspirasi dari Suku Rekhab

Kitab Yeremia penuh dengan pesan kenabian yang seringkali diwarnai oleh teguran dan peringatan bagi bangsa Israel yang seringkali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan ketidaktaatan kepada Tuhan. Namun, di tengah serangkaian peringatan tersebut, terdapat sebuah kisah yang menonjol sebagai contoh luar biasa tentang kesetiaan dan ketaatan yang teguh, yaitu kisah suku Rekhab yang dicatat dalam pasal 35. Ayat Yeremia 35:2 memberikan instruksi spesifik dari Tuhan kepada nabi Yeremia: "Pergilah ke rumah kaum Rekhab, dan ajaklah mereka masuk ke salah satu kamar rumah Tuhan dan beri mereka minum anggur." Perintah ini menjadi pembuka dari sebuah pengajaran praktis yang sangat kuat.

Tuhan meminta Yeremia untuk menguji suku Rekhab. Mengapa? Karena bangsa Yehuda dan Yerusalem saat itu sedang menjalani masa pengampunan dosa, dan Tuhan ingin menunjukkan kontras antara kesetiaan suku Rekhab terhadap tradisi leluhur mereka dan ketidaktaatan bangsa Israel sendiri kepada Tuhan. Suku Rekhab adalah keturunan dari Yonadab bin Rekhab, yang pada masa lampau telah memberikan instruksi yang sangat jelas kepada kaumnya. Instruksi ini mencakup larangan keras untuk minum anggur, tidak memiliki rumah atau tanah sendiri, tidak menanam kebun anggur, dan hidup berpindah-pindah dalam kemah. Tujuannya adalah agar mereka hidup dalam ketergantungan total kepada Tuhan dan terhindar dari segala bentuk kemewahan duniawi yang dapat menjauhkan hati mereka dari Dia.

Ketika Yeremia menyampaikan ajakan Tuhan untuk minum anggur, suku Rekhab memberikan jawaban yang mencengangkan. Mereka menolak, dengan tegas menyatakan, "Kami tidak akan minum anggur, karena Yonadab, putra Rekhab, leluhur kami, memerintahkan kepada kami, katanya: 'Janganlah kamu minum anggur, kamu dan anak cucumu sampai selama-lamanya.'" Mereka melanjutkan dengan menjelaskan bahwa mereka selalu mematuhi semua perintah leluhur mereka, hidup dalam kemah, dan tidak pernah melanggar satu pun ajaran tersebut. Ketaatan mereka terhadap perintah seorang manusia, bahkan leluhur mereka, begitu mutlak dan tanpa kompromi.

Kontras ini sangat gamblang. Bangsa Israel, yang telah diberi hukum Tuhan yang luhur dan janji-janji yang berlimpah, justru terus menerus memberontak dan melupakan Tuhan. Di sisi lain, suku Rekhab, yang tidak memiliki perjanjian khusus dengan Tuhan dan hanya mematuhi perintah leluhur mereka, menunjukkan tingkat kesetiaan yang luar biasa. Tuhan menggunakan ketaatan suku Rekhab ini untuk menegur bangsa-Nya. Ia berkata melalui Yeremia, "Apakah hal ini kamu tidak akan mengindahkan, untuk mendengarkan perkataan-Ku, firman TUHAN?" Tuhan menunjukkan bahwa jika bangsa asing, yang tidak memiliki terang hukum-Nya, dapat setia pada tradisi mereka, betapa lebih lagi seharusnya bangsa pilihan-Nya, Israel, setia kepada Tuhan Pencipta mereka.

Kisah Yeremia 35:2 dan ketaatan suku Rekhab mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan dan integritas dalam iman. Ini bukan hanya tentang kepatuhan pada aturan, tetapi tentang hati yang teguh berpegang pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, terutama ketika prinsip-prinsip tersebut selaras dengan kehendak Tuhan. Di dunia yang penuh godaan dan kemudahan yang seringkali mengarah pada kelalaian spiritual, teladan suku Rekhab mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga kekudusan hidup, hidup dalam ketergantungan kepada Tuhan, dan tidak mengkompromikan nilai-nilai rohani demi kenyamanan atau keuntungan sesaat. Ketaatan mereka menjadi mercusuar yang mengingatkan kita akan konsekuensi dari kesetiaan dan ketidaksetiaan.