Yeremia 36:10 - Pesan Nabi yang Tak Terhapuskan

"Lalu Yeremia memanggil Barukh bin Neriah, dan Barukh menuliskan pada gulungan kitab segala perkataan yang diucapkan TUHAN kepadanya."

Ayat Yeremia 36:10 ini menandai momen krusial dalam pelayanan Nabi Yeremia, sebuah titik balik di mana firman Allah yang diilhamkan mulai diwujudkan dalam bentuk tertulis yang dapat dijangkau oleh lebih banyak orang. Di tengah keputusasaan dan bayang-bayang kejatuhan Yerusalem, Yeremia diperintahkan untuk mengumpulkan setiap kata yang telah diilhamkan Tuhan kepadanya selama bertahun-tahun, dan menuliskannya. Ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat bobot pesan dan penolakan yang sering kali ia terima dari para pemimpin dan umat Israel.

Barukh bin Neriah, seorang juru tulis yang setia dan dipercaya oleh Yeremia, menjadi tangan kanan dalam pelaksanaan perintah ilahi ini. Ia duduk dan dengan teliti mencatat setiap kata, setiap nubuat, setiap peringatan, dan setiap janji yang keluar dari mulut Yeremia. Tindakan ini bukan sekadar pencatatan sejarah, melainkan sebuah strategi ilahi untuk memastikan bahwa pesan Allah tidak akan hilang ditelan waktu atau diabaikan begitu saja. Dalam dunia yang saat itu masih sangat bergantung pada tradisi lisan, memiliki rekaman tertulis dari firman Tuhan adalah sebuah inovasi yang signifikan dan membawa potensi dampak yang luar biasa.

Penting untuk memahami konteks historis dan spiritual di balik ayat ini. Bangsa Israel berada di ambang malapetaka. Kerajaan Yehuda telah melakukan banyak kesalahan, menyimpang dari perjanjian dengan Allah, dan menolak teguran para nabi. Yeremia, dengan hati yang berat, telah menyampaikan pesan-pesan penghukuman yang datang langsung dari Tuhan. Namun, pesan-pesan ini sering kali diabaikan atau bahkan ditentang dengan keras. Dengan menuliskan semua perkataan ini, Yeremia dan Barukh memberikan sebuah "bukti tertulis" yang tak terbantahkan. Gulungan kitab yang dihasilkan menjadi kesaksian yang kuat, sebuah memorial abadi dari kebenaran Allah dan konsekuensi dari ketidaktaatan.

Simbol pencarian dan penulisan, melambangkan penyebaran firman Tuhan.

Dampak dari gulungan kitab ini tidak berhenti pada pencatatannya saja. Meskipun kemudian dibakar oleh Raja Yoyakim, firman Allah yang telah tertulis itu tidak lenyap. Yeremia diperintahkan untuk menuliskannya lagi, menunjukkan ketahanan dan kekekalan pesan ilahi. Ini mengajarkan kita bahwa meskipun tantangan dan penolakan mungkin menghadang, firman Tuhan akan terus berlanjut dan menemukan jalannya untuk menjangkau hati. Yeremia 36:10 bukan hanya tentang tindakan menulis, tetapi tentang bagaimana Allah mengabadikan pesan-Nya melalui sarana yang tersedia, memastikan bahwa kebenaran-Nya tetap relevan dan berkuasa melintasi generasi. Kisah ini adalah pengingat bahwa pekerjaan mencatat dan menyebarkan firman Tuhan, sekecil apapun kelihatannya, adalah bagian penting dari rencana-Nya yang lebih besar.

Dalam era digital saat ini, kita memiliki kemudahan yang luar biasa untuk menyebarkan firman Tuhan. Melalui media sosial, website, dan aplikasi, pesan-pesan kebenaran dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik. Namun, kisah Yeremia dan Barukh mengingatkan kita akan pentingnya ketekunan, kesetiaan, dan keberanian dalam menyampaikan dan melestarikan firman Tuhan, terlepas dari tantangan yang mungkin kita hadapi. Pesan dari Yeremia 36:10 terus bergema: firman Allah itu berkuasa, abadi, dan akan selalu menemukan cara untuk didengar dan diingat.