Yeremia 36:13

"Maka dari gulungan itu bacalah Barukh di telinga seluruh rakyat yang datang dari kota Yehuda ke Yerusalem, dari rumah TUHAN pada hari puasa, dan di telinga orang-orang Benyamin, dan di telinga penduduk Yerusalem, dan di telinga para imam dan orang-orang Lewi, dan di telinga seluruh rakyat, baik yang besar maupun yang kecil."
Ikon Pesan Tuhan

Kisah yang Menginspirasi dari Yeremia 36:13

Ayat Yeremia 36:13 membawa kita pada momen krusial dalam narasi kenabian. Di tengah suasana Yerusalem yang mungkin diliputi kecemasan, hari puasa menjadi momen refleksi dan introspeksi bagi seluruh penduduk. Di sinilah Barukh, juru tulis nabi Yeremia, diperintahkan untuk membacakan gulungan nubuat yang telah disusunnya. Kata-kata yang dibacakan bukanlah kata-kata basa-basi, melainkan firman Tuhan yang penuh kuasa dan peringatan, yang ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari yang paling terhormat hingga yang paling sederhana.

Penting untuk memahami konteks dari pembacaan ini. Bangsa Israel sedang menghadapi masa-masa genting. Ancaman dari kekaisaran Babel semakin nyata, dan banyak pemimpin serta rakyat yang lalai, mengabaikan peringatan-peringatan dari Tuhan yang disampaikan melalui Yeremia. Gulungan yang dibacakan Barukh berisi pesan penghakiman dan panggilan untuk bertobat, sebuah respons ilahi terhadap ketidaktaatan dan penyembahan berhala yang merajalela. Pembacaan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah upaya terakhir untuk menyadarkan umat Tuhan.

Yang menarik dari ayat ini adalah cakupannya. Barukh tidak hanya membacakan di depan sekelompok kecil orang penting. Ia diperintahkan untuk membacakan di hadapan "seluruh rakyat yang datang dari kota Yehuda ke Yerusalem," termasuk mereka yang berasal dari "rumah TUHAN." Ini mencakup pendeta, orang Lewi, dan seluruh penduduk Yerusalem, bahkan "yang besar maupun yang kecil." Ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan pesan Tuhan, dan betapa pentingnya setiap individu untuk mendengar dan meresponsnya. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan dari panggilan ilahi untuk mendengarkan firman-Nya.

Pembacaan di hari puasa memiliki makna simbolis yang mendalam. Hari puasa seharusnya menjadi hari pengakuan dosa, kerendahan hati, dan permohonan ampun kepada Tuhan. Di hari seperti ini, pesan yang dibacakan seharusnya lebih menggema, lebih mudah diterima oleh hati yang sedang merendahkan diri. Namun, ironisnya, bahkan di saat-saat seperti ini, hati banyak orang tetap keras. Kisah selanjutnya menunjukkan bagaimana raja Yoyakim, ketika mendengar isi gulungan itu, justru merobeknya dan membuangnya ke dalam api, sebuah tindakan penolakan yang terang-terangan terhadap pesan Tuhan.

Meski demikian, tindakan Barukh dan Yeremia di sini mengajarkan kita tentang kesetiaan dan ketekunan dalam menyampaikan kebenaran, bahkan ketika menghadapi penolakan. Pesan Tuhan, meskipun ditolak, tetap memiliki kuasa dan kebenarannya sendiri. Yeremia 36:13 mengingatkan kita bahwa firman Tuhan harus disampaikan tanpa pandang bulu, dan setiap orang memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan serta meresponsnya dengan hati yang terbuka. Ini adalah panggilan untuk mendengarkan suara Tuhan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern kita, dan untuk tidak mengabaikan kebenaran-Nya, betapapun sulitnya itu.