Yeremia 36:17

"Dan mereka membacakan perkataan-perkataan itu di hadapan raja dari biliknya. Tatkala semua orang Yehuda yang berkumpul di sana mendengar perkataan-perkataan Kitab itu,"

Kitab

Kisah Yeremia 36:17 dan Kekuatan Firman Tuhan

Ayat Yeremia 36:17 membuka sebuah jendela penting ke dalam drama kegetiran yang dihadapi nabi Yeremia. Dalam konteks ini, kita melihat para juru tulis dan para pembaca Kitab Suci membaca firman Tuhan yang diilhamkan kepada Yeremia di hadapan para pemimpin dan raja. Peristiwa ini bukanlah sekadar pembacaan laporan biasa, melainkan sebuah momen krusial di mana pesan ilahi disampaikan langsung kepada mereka yang memiliki kekuasaan dan otoritas di Yehuda.

Ayat ini, "Dan mereka membacakan perkataan-perkataan itu di hadapan raja dari biliknya. Tatkala semua orang Yehuda yang berkumpul di sana mendengar perkataan-perkataan Kitab itu," menggambarkan secara gamblang sebuah ritual yang penuh arti. Bait Allah atau tempat khusus di istana raja menjadi saksi bisu ketika kata-kata yang begitu penting, yang berisi peringatan, penghakiman, namun juga harapan, mulai mengalun. Para juru tulis seperti Barukh, dengan setia menjalankan tugas mereka, membaca setiap huruf yang telah diilhamkan Tuhan kepada Yeremia. Penting untuk dicatat bahwa pembacaan ini dilakukan dari "bilik raja", yang menyiratkan sebuah tingkatan kerahasiaan atau mungkin sebuah upaya untuk mengisolasi raja dari pengaruh langsung orang banyak pada awalnya.

Namun, ayat ini tidak berhenti hanya pada para pembaca dan raja. Kalimat terakhir, "Tatkala semua orang Yehuda yang berkumpul di sana mendengar perkataan-perkataan Kitab itu," menunjukkan bahwa pesan tersebut tidak terbatas pada ruang privat. Ada kerumunan yang hadir, menyaksikan dan mendengar. Kehadiran mereka menyiratkan bahwa firman Tuhan memiliki dampak yang meluas, menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Ini adalah pesan yang tidak dapat diabaikan, sebuah pemberitahuan serius tentang konsekuensi dosa dan ketidaktaatan mereka terhadap Tuhan.

Kisah ini lebih dalam lagi ketika kita membaca konteks lengkap pasal 36. Kitab yang dibacakan ini berisi nubuat tentang penghancuran Yerusalem dan pembuangan bangsa Yehuda. Pesan tersebut sangat keras dan menakutkan, sebuah peringatan yang seharusnya menggugah hati untuk bertobat. Namun, respons awal raja Yoyakim adalah penolakan dan penghinaan. Ia memotong-motong gulungan kitab itu dan membakarnya di perapian, sebuah tindakan simbolis pemberontakan terhadap otoritas Tuhan. Ini menunjukkan betapa sulitnya bagi manusia untuk menerima kebenaran yang tidak menyenangkan, terutama ketika kebenaran itu menantang kesombongan dan dosa mereka.

Meskipun demikian, kekuatan firman Tuhan tidak dapat dipadamkan. Tuhan memerintahkan Yeremia untuk menuliskan kembali pesan itu, dan kali ini, pesan itu disampaikan dengan lebih tegas. Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa firman Tuhan memiliki otoritas dan ketahanan yang luar biasa. Sekalipun ditolak, dihina, atau dibakar, kebenaran ilahi akan tetap ada dan pada akhirnya akan mencapai tujuannya. Yeremia 36:17 menjadi pengingat akan pentingnya mendengarkan dan merespons pesan Tuhan, karena Ia berbicara kepada kita melalui Kitab Suci untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita di setiap zaman.