Kisah yang tertulis dalam Yeremia 36:16 membawa kita pada momen krusial di Yerusalem. Di tengah gejolak politik dan ancaman kehancuran, Nabi Yeremia, melalui juru tulisnya, Barukh, menyampaikan firman Tuhan yang tegas. Ayat ini menangkap reaksi para bangsawan Yehuda ketika mereka mendengar perkataan Tuhan yang disampaikan melalui gulungan kitab yang dibacakan Barukh.
Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Yoyakim, seorang raja yang dikenal karena ketidaktaatannya dan penolakannya untuk mendengarkan peringatan Tuhan. Yeremia telah diperintahkan oleh Tuhan untuk menuliskan semua firman yang diilhamkan kepadanya sejak masa awal pelayanannya, hingga saat itu, dalam sebuah gulungan kitab. Tujuannya adalah agar bangsa Israel memiliki kesempatan terakhir untuk bertobat sebelum murka Tuhan menimpa mereka.
Barukh, dengan setia membacakan isi gulungan tersebut kepada seluruh umat di rumah Tuhan. Setelah mendengarkan setiap kata yang sarat dengan peringatan dan panggilan untuk berbalik dari jalan yang jahat, para bangsawan yang hadir bereaksi. Reaksi mereka, sebagaimana tercatat dalam Yeremia 36:16, menunjukkan sebuah kesadaran akan beratnya pesan tersebut dan implikasinya. Mereka menyadari bahwa firman yang baru saja mereka dengar bukanlah sekadar gosip atau opini pribadi, melainkan pesan ilahi yang harus diketahui oleh pemegang kekuasaan tertinggi, yaitu raja.
Keputusan para bangsawan untuk melaporkan isi gulungan itu kepada Raja Yoyakim adalah langkah yang strategis. Mereka memahami bahwa Yoyakim perlu mendengar langsung peringatan Tuhan. Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa raja justru menunjukkan sikap yang keras kepala dan menolak untuk tunduk. Ia bahkan membakar gulungan itu, sebuah tindakan yang menunjukkan penghinaan terhadap firman Tuhan.
Namun, di sinilah letak keajaiban dan keteguhan firman Tuhan. Meskipun gulungan pertama dibakar, Tuhan memerintahkan Yeremia untuk membuat gulungan yang kedua, yang berisi firman yang sama dan tambahan peringatan. Ini menunjukkan bahwa firman Tuhan tidak dapat dihancurkan atau ditiadakan oleh tindakan manusia. Pesan itu akan terus hidup dan memiliki dampaknya.
Kisah Yeremia 36 ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Pertama, pentingnya mendengarkan dan merespons firman Tuhan dengan serius. Para bangsawan, meskipun mungkin tidak seluruhnya bertobat, telah melakukan tugas mereka dengan melaporkan pesan tersebut. Kedua, keteguhan firman Tuhan. Sekalipun ada penolakan atau upaya untuk menghilangkannya, kebenaran Tuhan akan tetap ada dan bekerja. Ketiga, panggilan untuk tidak pernah menyerah dalam menyampaikan kebenaran, bahkan ketika menghadapi perlawanan.
Merenungkan Yeremia 36:16 mengingatkan kita bahwa pesan-pesan ilahi memiliki kekuatan inheren. Ia mampu membangkitkan kesadaran, memicu tindakan, dan pada akhirnya, menegaskan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Biarlah kita belajar dari para bangsawan ini untuk memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan apa yang kita dengar.