"Maka ia menjawab Barukh: 'Aku telah diperintahkan oleh TUHAN, Allah Israel, untuk menuliskan segala firman itu pada gulungan kitab. Akan tetapi, sekarang engkau dan orang Yehuda ini harus mendengarkan segala firman yang telah TUHAN firmankan kepada kita.'"
Kisah dalam Yeremia 36 menceritakan momen dramatis ketika gulungan kitab yang berisi nubuat Nabi Yeremia, yang ditulis oleh juru tulisnya, Barukh, dibacakan di hadapan Raja Yoyakim. Reaksi raja sungguh mengejutkan dan penuh kekerasan. Ia tidak hanya menolak pesan Tuhan, tetapi juga dengan semena-mena mengambil gulungan itu, mengoyaknya, dan membakarnya di dalam perapian istananya. Tindakan ini tampaknya merupakan pukulan telak bagi Yeremia dan Barukh, sebuah upaya untuk memadamkan kebenaran ilahi selamanya. Namun, justru dalam momen penghinaan dan pemusnahan inilah, kita menemukan kedalaman dan kekuatan firman Tuhan yang digambarkan dalam Yeremia 36:18. Barukh, yang mendengar langsung perintah Yeremia dari Tuhan, menyampaikan inti dari tugas kenabian mereka. Mereka diperintahkan untuk menuliskan segala firman yang diwahyukan Tuhan. Penting untuk dicatat bahwa perintah ini datang langsung dari TUHAN, Allah Israel. Ini menegaskan bahwa apa yang mereka tulis bukanlah karangan manusia, melainkan kehendak dan firman ilahi. Meskipun gulungan tersebut secara fisik telah menjadi abu, semangat dari firman yang tertulis di dalamnya tidak pernah padam. Tindakan Raja Yoyakim, yang dimaksudkan untuk menghancurkan pesan Tuhan, justru menjadi saksi bisu ketidakberdayaan kekuasaan duniawi di hadapan kebenaran ilahi yang abadi. Sejarah mencatat bahwa Yeremia kemudian diperintahkan untuk menuliskan kembali pesan-pesan tersebut, kali ini dalam gulungan yang baru, dan bahkan menambah nubuat-nubuat baru. Hal ini menunjukkan bahwa firman Tuhan tidak bisa dihancurkan oleh kekuatan manusia mana pun. Kisah ini mengajarkan kita pelajaran yang sangat berharga tentang sifat firman Tuhan. Ia adalah sesuatu yang hidup, berkuasa, dan kekal. Bahkan ketika diserang, diabaikan, atau bahkan dihancurkan secara fisik, esensinya tetap utuh dan terus bekerja. Yeremia 36:18 mengingatkan kita bahwa tugas orang percaya adalah untuk setia mencatat dan menyampaikan firman Tuhan, terlepas dari bagaimana respons duniawi terhadapnya. Keberanian Barukh dan Yeremia untuk terus bersaksi, bahkan setelah gulungan mereka terbakar, adalah teladan iman yang luar biasa. Ini adalah pengingat bahwa setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan memiliki kekuatan yang melampaui segala ujian dan percobaan. Pesan ilahi, seperti api suci, akan terus menyala, mewariskan terang bagi generasi mendatang.