Yeremia 36 32: Pesan yang Tak Terpadamkan

"Dan TUHAN menambahkan banyak perkataan lain kepada Yeremia, bahkan melipatgandakan pengajarannya, karena mereka menolak firman-Nya." (Yeremia 36:32)

Ayat Yeremia 36:32 menjadi saksi bisu tentang keteguhan firman Tuhan dan konsekuensi dari penolakan terhadap pesan-Nya. Dalam konteks sejarahnya, ayat ini muncul setelah peristiwa pembakaran gulungan kitab nabi Yeremia oleh raja Yehoyakim. Meskipun kitab tersebut dihancurkan, firman Tuhan tidak lenyap. Sebaliknya, Ia memerintahkan Yeremia untuk menulis kembali semua perkataan yang ada di dalamnya, bahkan menambahkan lebih banyak lagi.

Peristiwa ini menyoroti sifat kekal dan tak terpadamkan dari Yeremia 36 32. Raja Yehoyakim, dalam kesombongannya dan penolakannya terhadap kebenaran yang disampaikan Yeremia, percaya bahwa dengan menghancurkan gulungan itu, ia dapat menghapus ancaman penghukuman ilahi. Namun, ia salah besar. Tuhan, dalam kedaulatan-Nya, berkuasa untuk memulihkan dan bahkan memperkuat pesan yang telah ditolak.

Ayat ini bukan hanya catatan sejarah tentang tindakan nabi Yeremia, tetapi juga merupakan pengingat abadi bagi setiap generasi. Ia mengajarkan bahwa Firman Tuhan memiliki kehidupan dan kekuatan yang tidak dapat dibatasi oleh upaya manusia. Ketika seseorang atau sebuah bangsa menolak kebenaran ilahi, itu bukanlah akhir dari Firman tersebut, melainkan awal dari manifestasi yang lebih dalam dan seringkali lebih tegas dari kehendak Tuhan. Tuhan tidak akan membiarkan pesan-Nya diabaikan begitu saja.

Implikasi dari Yeremia 36 32 sangat mendalam. Ini berbicara tentang anugerah Tuhan yang terus-menerus, yang memberikan kesempatan kedua, bahkan kesempatan ketiga. Meskipun manusia berdosa dan seringkali keras kepala, Tuhan terus berseru melalui para nabi-Nya, melalui Kitab Suci, dan melalui hati nurani kita. Penambahan perkataan dan penggandaan pengajaran yang disebutkan dalam ayat ini bisa diartikan sebagai perluasan anugerah, penekanan yang lebih kuat, atau bahkan teguran yang lebih keras bagi mereka yang terus-menerus menutup telinga.

Bagi kita hari ini, ayat ini mengajak untuk merenungkan sikap kita terhadap Firman Tuhan. Apakah kita menerimanya dengan hati yang terbuka, ataukah kita cenderung mengabaikannya seperti raja Yehoyakim? Penolakan terhadap kebenaran Ilahi, sekecil apapun itu, dapat membawa konsekuensi yang serius. Sebaliknya, keterbukaan dan ketaatan pada Firman Tuhan akan membuka jalan bagi berkat dan pemeliharaan ilahi. Yeremia 36 32 mengingatkan kita bahwa pesan Tuhan, pada akhirnya, akan selalu menemukan jalannya, baik untuk membangun maupun untuk menghakimi, tergantung pada respons hati kita.

Kisah Yeremia dan gulungan yang terbakar adalah contoh nyata dari perjuangan antara kehendak manusia yang seringkali memberontak dan kehendak Tuhan yang kudus dan tak tergoyahkan. Ia memperkuat pemahaman bahwa Firman Tuhan adalah sesuatu yang hidup, dinamis, dan memiliki kuasa yang jauh melampaui pemahaman atau kendali manusia. Pesan yang dikumandangkan melalui Yeremia, meskipun sempat dibakar, tidak padam. Sebaliknya, ia "ditambahkan banyak perkataan lain" dan "dilipatgandakan pengajarannya," menegaskan bahwa kebenaran Ilahi akan terus bergema, menantang, dan memanggil jiwa-jiwa untuk merespons.