Ayat Yeremia 37:19 ini membangkitkan sebuah refleksi mendalam tentang peran para nabi, khususnya dalam konteks situasi yang penuh tekanan dan ketidakpastian. Dalam konteks kisah Yeremia, ia sedang menghadapi penghakiman yang akan datang atas Yerusalem. Para nabi palsu telah menyesatkan umat dengan ramalan damai palsu, sementara Yeremia menyampaikan pesan kenabian yang keras, namun jujur. Pertanyaan yang diajukan dalam ayat ini adalah sebuah retorika yang tajam, menguji integritas dan keberanian para nabi.
Pertanyaan "Di manakah para nabi yang datang kepadamu?" menyiratkan bahwa para nabi tersebut seharusnya berada di sana, memberikan bimbingan dan kebenaran. Namun, apakah mereka hadir untuk menghadapi konsekuensi atau untuk bersembunyi? Ini adalah ujian karakter yang sesungguhnya. Di saat krisis, kepribadian sejati seseorang akan terpancar. Apakah mereka berani berdiri teguh di hadapan Allah dan umat-Nya, menyampaikan kebenaran meskipun pahit, ataukah mereka memilih jalan yang lebih mudah, yaitu melarikan diri dari tanggung jawab mereka?
Simbol keteguhan menghadapi cobaan
Ketiadaan para nabi dalam konteks ini bukan sekadar ketidakhadiran fisik, tetapi lebih merupakan kegagalan moral dan spiritual. Para nabi yang sejati seharusnya menjadi suara Allah di tengah umat-Nya, tidak peduli seberapa sulit pesan itu. Mereka seharusnya tidak mencari keselamatan pribadi dengan mengorbankan kebenaran atau tanggung jawab kenabian mereka. "Apakah mereka masih berdiri di sana, berdiri di hadapan Allah, karena kamu tidak akan mengutus mereka untuk bersembunyi." Kalimat ini menekankan bahwa kesetiaan kepada Allah dan kebenaran-Nya adalah prioritas utama, bahkan ketika dunia di sekitar runtuh.
Pesan Yeremia 37:19 relevan hingga hari ini. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan: berbicara kebenaran meskipun tidak populer, atau diam demi kenyamanan. Para pemimpin, orang tua, teman, dan siapa pun yang memiliki tanggung jawab moral dipanggil untuk berdiri teguh, tidak bersembunyi dari kesulitan, tetapi menghadapinya dengan berani dan integritas, selalu berpegang pada prinsip-prinsip yang benar dan firman Tuhan. Ini adalah panggilan untuk ketenangan yang teguh di tengah badai kehidupan, sebuah keteguhan yang berakar pada iman.