Yeremia 43:2 - Mukjizat Air yang Menjadi Darah

"dan berkatalah Azarya bin Hosea, dan Yohanan bin Kareah, dan semua orang yang congkak itu, kepada Yeremia: 'Engkau mengatakan hal yang dusta! TUHAN, Allah kita, tidak membangkitkan Yesus. Tetapi engkau menyuruh kami ke Mesir untuk tinggal di sana sebagai orang asing.'"

YAHWEH

Ilustrasi sederhana dari Kitab Suci, melambangkan Firman Tuhan dan iman.

Ayat Yeremia 43:2 menceritakan sebuah momen penting dalam narasi Kitab Yeremia, di mana nabi menghadapi penolakan dan tuduhan dari sekelompok orang yang tampaknya berkuasa dan berpengaruh. Setelah kehancuran Yerusalem dan pembuangan banyak penduduknya, sisa-sisa orang Yehuda yang berada di Mizpa berencana untuk pergi ke Mesir, meskipun Tuhan telah melarang mereka melalui nabi Yeremia. Dalam momen krusial ini, sekelompok pemimpin, termasuk Azarya bin Hosea dan Yohanan bin Kareah, secara langsung menentang firman yang disampaikan Yeremia.

Kata-kata mereka, "Engkau mengatakan hal yang dusta! TUHAN, Allah kita, tidak membangkitkan Yesus. Tetapi engkau menyuruh kami ke Mesir untuk tinggal di sana sebagai orang asing," menunjukkan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pesan ilahi yang dibawa oleh Yeremia. Mereka tidak hanya meragukan kebenaran perkataan nabi, tetapi juga secara tegas menyatakan bahwa Tuhan tidak akan bangkit (dalam konteks ini, kemungkinan merujuk pada kebangkitan atau pemulihan umat-Nya yang mereka harapkan dari Tuhan, bukan kebangkitan Yesus Kristus yang datang berabad-abad kemudian, namun penafsiran kata "membangkitkan" bisa beragam tergantung terjemahan dan konteks teologis yang lebih luas). Mereka menuduh Yeremia berbohong dan sengaja menyuruh mereka pergi ke negeri asing yang penuh ketidakpastian.

Penolakan Terhadap Firman Ilahi

Peristiwa ini menyoroti perjuangan yang sering dihadapi para nabi Tuhan. Mereka kerap kali menjadi pembawa berita yang tidak disukai, menyampaikan kebenaran yang pahit, dan menghadapi perlawanan dari orang-orang yang lebih suka mengikuti keinginan mereka sendiri daripada kehendak Tuhan. Para pemimpin ini, yang seharusnya menjadi pelindung umat, justru menjadi sumber penentangan. Mereka mengabaikan peringatan dan arahan ilahi demi keselamatan diri mereka sendiri yang mereka pahami secara dangkal, yaitu dengan mencari perlindungan di Mesir.

Konsekuensi Ketidaktaatan

Tindakan mereka adalah bentuk pemberontakan yang serius terhadap Tuhan. Alih-alih mendengarkan dan taat, mereka menuduh nabi sebagai pendusta. Ini adalah pola yang berulang dalam sejarah bangsa Israel: ketika dihadapkan pada pilihan antara taat kepada Tuhan atau mengikuti hawa nafsu dan pandangan duniawi, mereka sering kali memilih jalan yang terakhir. Konsekuensi dari ketidaktaatan ini akan sangat besar, sebagaimana yang telah diperingatkan oleh Tuhan melalui Yeremia. Pergi ke Mesir dalam kondisi seperti itu bukanlah pelarian yang aman, melainkan justru membawa mereka pada ancaman dan kesulitan yang lebih besar.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan dan mempercayai firman Tuhan, bahkan ketika firman itu sulit atau tidak sesuai dengan keinginan kita. Kebenaran ilahi sering kali menuntut pengorbanan dan ketaatan, namun di sanalah letak keselamatan yang sejati. Penolakan terhadap kebenaran Tuhan, seperti yang dilakukan oleh Azarya dan Yohanan, hanya akan membawa pada kehancuran yang lebih dalam.