"Bukankah kelakuanmu dan perbuatanmu yang kauperbuat itulah yang mendatangkan semuanya ini kepadamu?"
Ayat Yeremia 44:21 adalah sebuah pertanyaan retoris yang sarat makna, diucapkan oleh Nabi Yeremia dalam konteks yang sangat kelam. Ayat ini menjadi penegasan ilahi mengenai penyebab kehancuran yang menimpa umat Allah. Dalam konteks pasal ini, umat Israel yang melarikan diri ke Mesir setelah jatuhnya Yerusalem, justru kembali melakukan praktik penyembahan berhala yang telah lama dikutuk oleh Tuhan.
Mereka mempersembahkan dupa kepada Ratu Surga dan kepada dewa-dewa lain, mengabaikan peringatan dan teguran Tuhan yang disampaikan melalui Yeremia. Tindakan ini dianggap sebagai pengkhianatan terbesar terhadap perjanjian yang telah dibuat antara Tuhan dan umat-Nya. Penyembahan berhala bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan sebuah penolakan terhadap kedaulatan Tuhan dan penyerahan diri kepada kuasa-kuasa yang tidak berdaya dan merusak.
Pertanyaan Yeremia dalam ayat ini sangat menusuk hati. Ia menyoroti bahwa akar dari segala malapetaka, kesengsaraan, dan kehancuran yang mereka alami bukanlah sebab-sebab eksternal yang tidak terduga, melainkan murni berasal dari kelakuan dan perbuatan mereka sendiri. Ini adalah pelajaran penting yang berulang kali ditekankan dalam Kitab Suci: konsekuensi dari ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap Tuhan tidak dapat dihindari.
Pada saat itu, banyak dari orang Israel yang masih bersikeras bahwa kesengsaraan mereka disebabkan oleh Tuhan yang meninggalkan mereka, atau karena kesalahan leluhur mereka. Namun, Yeremia dengan tegas menyatakan bahwa pilihan-pilihan pribadi merekalah yang membawa kepada malapetaka ini. Mereka telah memilih jalan yang salah, menyimpang dari perintah-perintah Tuhan, dan mengabaikan kasih setia-Nya.
Keluaran besar yang menimpa mereka saat itu—jatuhnya Yerusalem, penawanan, dan penderitaan—adalah buah dari perbuatan mereka sendiri. Mereka secara aktif memilih untuk menyembah ilah-ilah asing yang menjanjikan perlindungan dan kemakmuran, namun pada akhirnya hanya membawa kehancuran. Sikap keras kepala dan penolakan untuk bertobat membuat mereka semakin terperosok dalam jurang kebinasaan.
Ayat Yeremia 44:21 menjadi pengingat abadi bagi setiap generasi. Ia mengajarkan tentang pentingnya akuntabilitas pribadi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Kita tidak bisa menyalahkan faktor luar atau orang lain ketika kita sendiri yang membuat keputusan yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Kesadaran akan konsekuensi dari setiap tindakan adalah kunci untuk hidup dalam kebenaran dan memperoleh berkat.
Menerima kebenaran dari ayat ini berarti mengakui bahwa hidup kita, dalam banyak hal, adalah cerminan dari pilihan-pilihan yang kita buat setiap hari. Apakah pilihan-pilihan itu membawa kita lebih dekat kepada Tuhan atau menjauhkan kita dari-Nya, akan selalu memiliki dampak yang nyata. Yeremia 44:21 adalah panggilan untuk introspeksi diri dan komitmen untuk mengikuti jalan Tuhan dengan setia, agar kita tidak menuai kehancuran dari perbuatan kita sendiri.