Simbol Pengabdian Ratu Surga Ilustrasi simbol astronomi, bintang dan bulan, melambangkan pengabdian kepada Ratu Surga.
Ilustrasi simbol Ratu Surga

Yeremia 44:25

"Semua orang laki-laki yang meminang perempuan, dan semua perempuan yang meminang laki-laki, dengan sengaja, dan seluruh rakyat, yang bertekad untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, dengan berbicara melawan apa yang mereka katakan melalui para nabi-Mu, hamba-hamba-Mu, bahwa kami akan tinggal di Mesir."

Teguran dan Peringatan Ilahi

Ayat Yeremia 44:25 ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar dalam kitab Yeremia, di mana nabi menyampaikan pesan peringatan dan teguran dari Tuhan kepada umat Israel yang telah melarikan diri ke Mesir setelah jatuhnya Yerusalem. Dalam situasi keputusasaan dan ketakutan, mereka memilih untuk mengabaikan perintah Tuhan yang disampaikan melalui Yeremia, dan malah kembali kepada praktik-praktik penyembahan berhala yang telah lama mereka tinggalkan di tanah air.

Konteks ayat ini menggambarkan bagaimana sebagian besar umat Israel, baik laki-laki maupun perempuan, secara aktif terlibat dalam pelanggaran perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka bukan hanya sekadar pasif dalam ketidaktaatan, tetapi secara sadar dan sengaja "bertekad untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, dengan berbicara melawan apa yang mereka katakan melalui para nabi-Mu, hamba-hamba-Mu". Ini menunjukkan sikap pembangkangan yang disengaja dan penolakan terhadap kehendak Ilahi.

Penyembahan Ratu Surga dan Konsekuensinya

Salah satu praktik penyembahan berhala yang paling menonjol yang disebutkan dalam pasal ini adalah pengabdian kepada "Ratu Surga". Ratu Surga kemungkinan merujuk pada dewi Asyur, Ishtar, atau dewi Ishtar Babel, Inanna, yang diasosiasikan dengan bulan dan bintang-bintang. Umat Israel membakar korban persembahan dan mempersembahkan minuman kepada dewi ini, sebagai upaya untuk mendapatkan perlindungan dan kemakmuran, sebuah tindakan yang sangat dikecam oleh Tuhan karena mereka telah meninggalkan Dia yang telah membebaskan mereka dari Mesir.

Tuhan, melalui Yeremia, dengan tegas menyatakan bahwa tindakan mereka ini akan membawa malapetaka, bukan keselamatan. Dia memperingatkan bahwa hukuman akan datang atas mereka, bahkan di tanah Mesir. Mereka yang bersikeras melanjutkan jalan mereka yang sesat akan binasa oleh pedang dan kelaparan, dan hanya sedikit yang akan selamat untuk kembali ke Yehuda.

Pesan Universal tentang Ketaatan

Meskipun ayat ini spesifik pada konteks sejarah Israel kuno, pesan moral dan rohaninya bersifat universal. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan yang tulus kepada Tuhan. Ketidaktaatan yang disengaja dan penolakan terhadap firman Tuhan, bahkan ketika disampaikan melalui suara-suara kenabian, akan selalu memiliki konsekuensi.

Penyembahan berhala di zaman modern dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti obsesi terhadap kekayaan, kekuasaan, kesenangan duniawi, atau bahkan ideologi yang mengesampingkan Tuhan. Yeremia 44:25 adalah pengingat yang kuat bahwa kesetiaan kita harus hanya ditujukan kepada Tuhan yang benar. Keputusan untuk mengikuti jalan-Nya, meskipun mungkin sulit atau bertentangan dengan keinginan populer, adalah satu-satunya jalan menuju keberkatan sejati dan pemeliharaan-Nya yang abadi.