Yeremia 44:7

"Sekarang, beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Allah Israel: Mengapakah kamu mendatangkan malapetaka yang besar ini kepada dirimu sendiri, sehingga kamu dipunahkan, dan dari antara kamu orang laki-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi, tidak ada yang tertinggal?"

Renungan: Jeritan Peringatan dan Konsekuensi Ketidaktaatan

Ayat Yeremia 44:7 merupakan sebuah seruan yang menggema, sebuah pertanyaan retoris yang diucapkan oleh Tuhan sendiri kepada umat-Nya. Pertanyaan ini bukan sekadar basa-basi, melainkan sebuah jeritan peringatan yang tajam mengenai konsekuensi serius dari ketidaktaatan mereka. Tuhan semesta alam, Sang Pencipta dan Pengatur segala sesuatu, dengan penuh kekecewaan menanyakan alasan di balik tindakan mereka yang mendatangkan malapetaka besar kepada diri mereka sendiri. Perhatikan bahwa kata "dirimu sendiri" sangat ditekankan, menunjukkan bahwa malapetaka itu bukanlah hasil dari takdir yang kejam, melainkan buah dari pilihan sadar yang mereka buat.

Konteks ayat ini membawa kita pada sebuah gambaran yang menyedihkan tentang bangsa Israel yang telah berpaling dari Tuhan. Setelah penaklukan Yerusalem oleh Babel, sebagian besar umat Israel yang tersisa melarikan diri ke Mesir, membawa serta para nabi palsu dan para pemimpin yang menentang nubuat Yeremia. Di Mesir, mereka bukannya bertobat dan kembali kepada Tuhan, malah semakin terjerumus ke dalam penyembahan berhala, terutama kepada ratu surgawi dan dewa-dewanya. Tindakan inilah yang memicu murka Tuhan.

Pertanyaan Tuhan dalam Yeremia 44:7 menggarisbawahi betapa bodohnya pilihan mereka. Mereka seharusnya sadar bahwa Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir, yang telah memberi mereka hukum dan perjanjian, juga memiliki kuasa untuk menghukum. Namun, mereka memilih untuk mengingkari Dia dan mengikut jalan yang menyesatkan. Konsekuensi yang digambarkan sangat mengerikan: "sehingga kamu dipunahkan, dan dari antara kamu orang laki-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi, tidak ada yang tertinggal." Ini adalah ancaman pemusnahan total, menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran mereka dan betapa murka Tuhan atas kesetiaan mereka kepada ilah-ilah lain.

Ayat ini mengajarkan kita sebuah kebenaran fundamental tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Ketidaktaatan bukan hanya soal pelanggaran aturan, melainkan juga soal penolakan terhadap kasih dan otoritas Tuhan. Ketika kita memilih untuk hidup dalam dosa, berpaling dari jalan kebenaran, dan mengikuti kesesatan dunia, kita sesungguhnya sedang menempatkan diri kita di bawah bayang-bayang malapetaka. Tuhan adalah kasih, tetapi Dia juga adalah keadilan. Ketidaktaatan yang terus-menerus akan selalu mendatangkan konsekuensi.

Ilustrasi Tangan Memegang Ranting Pohon dengan Tanda Peringatan PERINGATAN ! Pilih Jalan yang Benar Jangan Menyesal

Firman Tuhan ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pelajaran abadi. Ia mengingatkan kita untuk selalu mendengarkan suara-Nya, menaati perintah-Nya, dan tidak tergoda oleh ilah-ilah dunia yang menjanjikan kepuasan sesaat namun berujung pada kehancuran. Pemilihan yang benar dalam hidup akan membawa pada berkat dan kedamaian, sementara kesesatan akan selalu mengarah pada malapetaka, baik di dunia ini maupun di kekekalan.

Mari kita renungkan Yeremia 44:7 sebagai pengingat akan pentingnya ketaatan dan kasih kepada Tuhan. Pertanyaannya yang menusuk seharusnya mendorong kita untuk memeriksa hati kita: Apakah kita benar-benar hidup sesuai kehendak-Nya? Atau kita, seperti bangsa Israel di Mesir, sedang tanpa sadar mendatangkan malapetaka pada diri sendiri melalui pilihan-pilihan yang menjauhkan kita dari-Nya? Tuhan memberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali, sebelum murka-Nya tercurah sepenuhnya.