"Semua kepala mereka tertutup kain kabung, dan setiap janggut dicukur; di semua tangan ada lekukan, dan di pinggang ada kain kabung."
Kitab Yeremia, salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama, penuh dengan peringatan dan nubuat tentang penghukuman Allah terhadap bangsa-bangsa yang berdosa, termasuk bangsa Moab. Ayat Yeremia 48:38 menyajikan gambaran yang begitu jelas tentang keputusasaan dan duka yang melanda bangsa Moab akibat kejatuhan mereka. Ayat ini bukan sekadar deskripsi visual, melainkan sebuah ekspresi mendalam dari kesedihan yang universal ketika bencana melanda.
Gambaran "kepala tertutup kain kabung" dan "janggut dicukur" adalah tanda-tanda ratapan yang umum di zaman kuno. Kain kabung melambangkan kesedihan yang mendalam, seringkali dikenakan oleh orang-orang yang berduka atas kematian orang yang dicintai atau atas malapetaka besar. Pencukuran janggut, terutama bagi kaum pria, juga merupakan tindakan yang menunjukkan kesedihan luar biasa, sebuah bentuk penghinaan diri atau penolakan terhadap kebanggaan duniawi.
Lebih jauh lagi, frasa "di semua tangan ada lekukan" dan "di pinggang ada kain kabung" menambahkan lapisan kepedihan yang lebih dalam. Lekukan di tangan mungkin merujuk pada tindakan merobek pakaian, cara lain untuk menunjukkan duka yang tak tertahankan, atau bahkan luka yang disebabkan oleh pukulan diri dalam keputusasaan. Kain kabung di pinggang menegaskan kembali suasana kesedihan yang merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari, melingkari inti keberadaan mereka.
Nubuat ini datang sebagai konsekuensi dari kesombongan dan kemurtadan bangsa Moab. Sejak lama, Moab telah berinteraksi dengan umat Allah, terkadang sebagai tetangga yang bermasalah, dan seringkali dengan sikap angkuh serta penolakan terhadap kedaulatan Allah. Yeremia berulang kali memperingatkan mereka, namun Moab terus tenggelam dalam kebanggaan diri dan penyembahan berhala. Kejatuhan Moab, yang dinubuatkan di seluruh pasal 48, adalah akibat langsung dari tindakan mereka sendiri. Allah mengizinkan kehancuran ini terjadi untuk menegakkan keadilan dan menunjukkan bahwa tidak ada bangsa yang dapat bersembunyi dari penghakiman-Nya.
Bagi bangsa Moab, hari penghukuman ini berarti hilangnya kemuliaan, kekayaan, dan kebebasan mereka. Kota-kota mereka akan hancur, kuil-kuil mereka akan dirusak, dan penduduknya akan dibawa ke pembuangan. Gambaran dalam Yeremia 48:38 adalah cerminan dari keruntuhan total ini. Ini adalah momen di mana semua kemegahan dan keamanan duniawi lenyap, digantikan oleh rasa takut, kehilangan, dan penyesalan yang mendalam.
Meskipun ayat ini berbicara tentang hukuman terhadap satu bangsa, ia juga memiliki resonansi yang lebih luas. Ia mengingatkan kita bahwa kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran pada akhirnya akan membawa konsekuensi. Kesedihan yang digambarkan dalam ayat ini adalah gambaran universal dari apa yang terjadi ketika sebuah bangsa, atau bahkan individu, berpaling dari Allah dan jalan-Nya. Ini adalah pengingat akan kerapuhan kemuliaan duniawi dan pentingnya merendahkan hati di hadapan Sang Pencipta. Ayat Yeremia 48:38, dengan kejelasan visualnya yang kuat, tetap menjadi kesaksian abadi tentang dampak penghakiman ilahi dan kepedihan yang menyertainya.