"Tetapi beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, murka-Ku dan kegeraman-Ku akan dicurahkan ke tempat ini, kepada manusia dan binatang, kepada pohon-pohon di ladang dan hasil tanah; semuanya akan terbakar dan tidak akan padam."
Sebuah ilustrasi yang menggambarkan murka ilahi yang membakar bumi dan menghancurkan kota.
Ayat Yeremia 7:20 adalah sebuah peringatan keras dari Tuhan yang diucapkan melalui nabi Yeremia kepada bangsa Israel. Kata-kata ini datang pada saat yang krusial, ketika umat Tuhan sedang tenggelam dalam kesombongan rohani dan praktek kejahatan yang merajalela. Mereka beribadah di Bait Allah, namun hati mereka jauh dari Tuhan, dan hidup mereka dipenuhi dengan ketidakadilan, penindasan, dan kemusyrikan.
Tuhan, dalam keadilan dan kesucian-Nya, tidak dapat mentolerir dosa yang terus-menerus dilakukan oleh umat-Nya. Murka dan kegeraman-Nya, yang digambarkan dalam ayat ini, bukanlah luapan emosi semata, melainkan manifestasi dari kesucian-Nya yang menolak kejahatan. Api yang disebutkan dalam ayat ini melambangkan penghakiman ilahi yang akan datang, bukan hanya kepada tempat ibadah mereka—Bait Allah—tetapi juga kepada seluruh kehidupan mereka: manusia, binatang, pohon-pohon di ladang, dan hasil tanah. Semuanya akan dilalap api dan tidak akan padam, menunjukkan kehancuran total dan permanen.
Penting untuk memahami konteks historis di balik nubuat ini. Bangsa Israel telah berulang kali melanggar perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka menjanjikan kesetiaan, tetapi kemudian berbalik kepada penyembahan berhala dan mengabaikan hukum Tuhan yang menekankan keadilan sosial dan kasih kepada sesama. Yeremia berulang kali menyerukan pertobatan, tetapi seruannya seringkali diabaikan. Kejatuhan Yerusalem dan pembuangan ke Babel adalah konsekuensi nyata dari penolakan mereka terhadap firman Tuhan.
Namun, di balik peringatan keras ini, tersirat juga sebuah pesan yang lebih dalam. Tuhan sangat menghargai keadilan dan integritas. Ketika keadilan diabaikan, dan hidup tidak lagi mencerminkan karakter-Nya, murka-Nya akan bertindak. Ayat ini juga berfungsi sebagai pengingat bahwa Tuhan berdaulat atas segala ciptaan-Nya. Murka-Nya tidak hanya menimpa dosa manusia, tetapi juga mempengaruhi seluruh alam.
Bagi kita di masa kini, Yeremia 7:20 tetap relevan. Ini mendorong kita untuk memeriksa hati dan hidup kita. Apakah kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah keadilan dan kasih menjadi prinsip utama dalam kehidupan kita? Apakah kita hanya menjalankan ritual keagamaan tanpa integritas dalam keseharian? Tuhan menginginkan ibadah yang tulus, yang tercermin dalam tindakan keadilan, belas kasih, dan kesetiaan dalam setiap aspek kehidupan kita. Penolakan terhadap keadilan dan pengabaian firman Tuhan selalu berujung pada konsekuensi serius, baik secara pribadi maupun kolektif.
Dengan memahami peringatan dalam Yeremia 7:20, kita diajak untuk senantiasa hidup dalam kesadaran akan kekudusan Tuhan dan pentingnya keadilan. Marilah kita menjadikan ayat ini sebagai panggilan untuk melakukan pertobatan yang sejati dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, agar kita tidak mengalami murka-Nya, melainkan mengalami kasih dan anugerah-Nya yang berkelimpahan.