Yeremia 9:20 - Hikmat Sejati dan Kejatuhan

"Biarlah tukang-tukang kebun menyesal, dan biarlah yang menabur ditaburi sesama sendiri dengan malu. Sebab hikmat mereka telah ditolak dan mereka juga tidak mengenal kebenaran."

Peringatan dari Sang Nabi

Ayat Yeremia 9:20 merupakan salah satu seruan peringatan yang keras dari Nabi Yeremia kepada umat Israel. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini berbicara tentang penolakan terhadap hikmat yang sejati dan konsekuensi yang mengerikan dari kehidupan yang menolak kebenaran. Allah melalui Yeremia menyampaikan pesan yang tajam kepada bangsa yang telah berpaling dari-Nya, menggantungkan harapan pada kekuatan duniawi dan kebijaksanaan manusia, daripada bersandar pada firman dan janji Tuhan.

Frasa "Biarlah tukang-tukang kebun menyesal, dan biarlah yang menabur ditaburi sesama sendiri dengan malu" menggambarkan keadaan kehancuran dan kekacauan yang akan menimpa mereka. Para tukang kebun yang seharusnya merawat dan memelihara, serta para penabur yang seharusnya mengharapkan panen, justru akan mengalami penyesalan dan kehinaan. Ini bisa diartikan bahwa hasil kerja keras mereka akan sia-sia, bahkan berbalik menjadi sumber penderitaan. Mereka akan saling menyakiti dan menjatuhkan, bukan karena serangan dari luar, tetapi karena kekacauan internal yang disebabkan oleh penolakan mereka terhadap prinsip-prinsip ilahi.

Penolakan Terhadap Hikmat Ilahi

Inti dari peringatan ini terletak pada kalimat berikutnya: "Sebab hikmat mereka telah ditolak dan mereka juga tidak mengenal kebenaran." Ayat ini secara lugas menyatakan akar masalahnya. Bangsa Israel, meskipun mengaku sebagai umat pilihan Allah, telah mengabaikan dan membuang hikmat yang berasal dari Tuhan. Hikmat sejati bukanlah sekadar kecerdasan akademis atau kemampuan menipu, melainkan pemahaman mendalam tentang kehendak Allah, prinsip-prinsip moral-Nya, dan cara hidup yang berkenan kepada-Nya.

Ketika hikmat ilahi ditolak, yang tersisa adalah hikmat duniawi yang rapuh dan menyesatkan. Hikmat duniawi seringkali didasarkan pada keuntungan pribadi, kekuasaan, dan ambisi yang dangkal. Tanpa landasan kebenaran, hikmat semacam ini akan membawa individu dan masyarakat pada kehancuran. Ironisnya, mereka yang merasa pintar dan bijak karena mengandalkan kemampuan mereka sendiri, justru menjadi buta terhadap kebenaran yang paling fundamental, yaitu kebenaran tentang Allah dan rancangan-Nya bagi umat manusia. Ketidaktahuan akan kebenaran ini membuat mereka tidak mampu melihat bahaya yang mengintai dan tidak memiliki arah yang benar.

Implikasi untuk Zaman Modern

Pesan Yeremia 9:20 tetap relevan hingga saat ini. Di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang pesat, banyak orang mengandalkan pengetahuan dan kemampuan manusia untuk menyelesaikan segala persoalan. Namun, seringkali kita mendapati diri kita semakin jauh dari kebenaran ilahi. Media sosial, budaya populer, dan bahkan sistem pendidikan terkadang mempromosikan nilai-nilai yang bertentangan dengan firman Tuhan.

Penolakan terhadap hikmat sejati dan ketidaktahuan akan kebenaran dapat membawa konsekuensi serupa: kekacauan, kehinaan, dan penyesalan. Tanpa panduan rohani, masyarakat dapat terjerumus dalam konflik, ketidakadilan, dan keruntuhan moral. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk merenungkan kembali di mana mereka mencari hikmat dan apakah mereka telah membuka hati untuk menerima kebenaran yang ditawarkan oleh Tuhan melalui firman-Nya. Hanya dengan bersandar pada hikmat ilahi dan hidup dalam kebenaran-Nya, kita dapat menemukan arah yang benar dan menghindari jurang kehancuran yang diperingatkan oleh Nabi Yeremia.