Yeremia 9:3 - Hikmat Sejati: Melampaui Kekayaan

"Dan mereka semua menjadi orang-orang yang licik seperti busur; mereka membidikkan lidahnya seperti anak panah; dusta dan bukan kebenaran yang merajalela di negeri itu. Mereka bergerak maju dari kejahatan kepada kejahatan, dan mereka tidak mengenal Aku," demikianlah firman TUHAN.
Simbol kebijaksanaan dan kebenaran Hikmat

Ayat Yeremia 9:3 menyajikan sebuah gambaran yang kuat tentang kondisi moral dan spiritual umat Tuhan pada masa nabi Yeremia. Pernyataan ini bukan sekadar kritik sosial, melainkan sebuah peringatan mendalam tentang bahaya memprioritaskan hal-hal duniawi di atas kebenaran dan pengenalan akan Tuhan. Kalimat "mereka semua menjadi orang-orang yang licik seperti busur; mereka membidikkan lidahnya seperti anak panah" menggambarkan bagaimana komunikasi dan interaksi antar sesama telah diwarnai oleh kebohongan, tipu daya, dan niat buruk. Lidah yang seharusnya menjadi alat untuk membangun dan memberkati, justru diubah menjadi senjata yang melukai dan merusak.

Frasa "dusta dan bukan kebenaran yang merajalela di negeri itu" menekankan betapa dalamnya jurang pemisah antara realitas yang seharusnya dan realitas yang terjadi. Kebenaran, yang merupakan fondasi dari hubungan yang sehat dan masyarakat yang adil, telah terpinggirkan. Sebaliknya, dusta dan kepalsuan telah mengambil alih, menciptakan atmosfer ketidakpercayaan dan kekacauan. Hal ini menunjukkan sebuah pergeseran nilai yang fundamental, di mana kejujuran dan integritas tidak lagi dihargai.

Lebih lanjut, Yeremia menyatakan, "Mereka bergerak maju dari kejahatan kepada kejahatan". Ini menandakan sebuah siklus dosa yang terus berulang dan semakin parah. Tanpa adanya titik balik atau kesadaran akan kesalahan, umat tersebut terjebak dalam pola perilaku yang destruktif. Mereka tidak hanya melakukan satu atau dua kesalahan, tetapi terus-menerus bergerak mundur, semakin jauh dari jalan kebaikan dan keadilan.

Puncak dari semua kondisi ini adalah pengakuan Tuhan: "dan mereka tidak mengenal Aku". Ini adalah inti permasalahan yang sesungguhnya. Semua kebohongan, kelicikan, dan kejahatan yang mereka lakukan berakar pada hilangnya pengenalan akan Tuhan. Ketika seseorang atau sebuah bangsa kehilangan pemahaman tentang siapa Tuhan itu, bagaimana Dia bekerja, dan apa yang Dia inginkan, maka moralitas dan etika akan runtuh. Pengenalan akan Tuhan bukan hanya sekadar pengetahuan intelektual, tetapi sebuah hubungan yang hidup, yang memengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk perkataan, perbuatan, dan keputusan.

Ayat ini memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi kita di masa kini. Dalam dunia yang seringkali penuh dengan informasi yang simpang siur, persaingan yang ketat, dan godaan untuk mengambil jalan pintas, kita diingatkan akan pentingnya integritas dan kebenaran. Keberhasilan duniawi, kekayaan, dan popularitas bisa menjadi berhala yang mengalihkan perhatian kita dari hal yang terpenting: mengenal dan hidup dalam kebenaran Tuhan. Hikmat sejati tidak datang dari kepandaian berbicara atau kelicikan dalam berbisnis, tetapi dari pemahaman yang mendalam tentang firman Tuhan dan keinginan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Marilah kita memohon kepada Tuhan agar Dia menolong kita untuk hidup dalam kebenaran-Nya, menggunakan lidah kita untuk memberkati, dan menjadikan pengenalan akan Dia sebagai prioritas utama dalam hidup kita.