Yesaya 20:5 - Kekalahan Mesir & Etiopia

"Dan mereka akan terkejut dan malu karena Etiopia yang menjadi harapan mereka, dan Mesir yang menjadi kebanggaan mereka."
Ilustrasi Simbolis Kekalahan dan Kekecewaan Etiopia Mesir X Harapan yang Pudar

Ayat Yesaya 20:5 menyajikan gambaran yang kuat tentang kehancuran harapan dan kepercayaan yang keliru. Dalam konteks sejarah, para nabi sering kali menyampaikan pesan-pesan yang keras kepada umat Allah, mengingatkan mereka untuk tidak bersandar pada kekuatan duniawi melainkan pada Tuhan semata. Nubuat dalam pasal 20 Kitab Yesaya ini secara spesifik merujuk pada konsekuensi dari keputusan umat Tuhan untuk mencari pertolongan pada kekuatan asing, dalam hal ini Mesir dan Etiopia, daripada mengandalkan perlindungan ilahi.

Saat itu, bangsa Israel sering kali tergoda untuk membentuk aliansi militer atau politik dengan kekuatan-kekuatan besar di sekitarnya, seperti Mesir yang kuat dan Etiopia yang berkuasa. Mereka melihat negara-negara ini sebagai benteng pertahanan yang kokoh, mampu melindungi mereka dari ancaman bangsa-bangsa lain, terutama Asyur yang perkasa. Namun, Yesaya menyoroti betapa rapuhnya harapan yang dibangun di atas fondasi yang salah. Mesir dan Etiopia, yang dianggap sebagai sumber kekuatan dan kebanggaan, pada akhirnya akan terbukti menjadi sumber kekecewaan dan rasa malu yang mendalam.

Firman ini mengajarkan bahwa kepercayaan yang ditempatkan pada kekuatan manusiawi, baik itu kekayaan, kekuasaan militer, atau kecanggihan teknologi, pada akhirnya akan mengarah pada kekecewaan. Mesir dan Etiopia, dalam nubuat ini, menjadi simbol dari segala sesuatu yang dunia tawarkan sebagai solusi, namun tidak memiliki kekuatan sejati untuk memberikan keselamatan atau perlindungan yang abadi. Ketika penyerang datang, seperti yang diperkirakan akan terjadi, harapan yang selama ini tertumpu pada sekutu-sekutu duniawi ini akan hancur lebur. Mereka tidak akan mampu memberikan bantuan yang berarti, bahkan mungkin akan turut terseret dalam kehancuran.

Rasa "terkejut dan malu" yang disebutkan dalam ayat tersebut menggambarkan perasaan putus asa ketika sumber kepercayaan yang diandalkan ternyata tidak berdaya. Ini adalah peringatan keras bagi siapa pun, baik individu maupun bangsa, untuk tidak mengalihkan pandangan dari Tuhan, sumber kekuatan dan pertolongan yang sejati. Kepercayaan kepada-Nya adalah satu-satunya fondasi yang kokoh. Sebaliknya, bersandar pada hal-hal duniawi seperti yang dilakukan oleh umat Tuhan pada masa Yesaya, hanya akan membawa pada kehancuran dan penyesalan. Ayat ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk secara konsisten menempatkan iman dan kepercayaan kita kepada sumber kehidupan yang kekal, bukan pada hal-hal yang sementara dan fana.