Ayat Yesaya 21:5 membawa kita pada sebuah gambaran dramatis yang sarat makna peringatan. Dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, ayat ini seolah menampilkan sebuah momen krusial menjelang kehancuran Babel. Gambaran "menyiapkan hidangan, menempatkan tikar, makan dan minum" menunjukkan sebuah suasana pesta, kenikmatan, dan mungkin juga kesombongan yang berlebihan. Penduduk Babel, sang penguasa dunia pada masa itu, merasa aman dan nyaman dalam kemewahan mereka, seolah tidak ada ancaman yang mampu menggoyahkan kekuasaan mereka. Kehidupan sehari-hari terus berjalan, bahkan diiringi dengan ritual konsumsi dan relaksasi.
Namun, kontras dengan gambaran kemewahan tersebut adalah seruan yang muncul kemudian: "Bangkitlah, hai para pemimpin, lumurilah perisaimu!" Panggilan ini merupakan sebuah teguran keras, sebuah alarm mendadak yang membuyarkan ketenangan semu. Ini adalah pengingat bahwa di tengah kemegahan, bahaya mengintai. Para pemimpin, yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung, justru tertidur dalam kenyamanan. Mereka terlena oleh kesenangan duniawi hingga lupa akan kewajiban mereka untuk bersiap menghadapi ancaman. Kata "lumurilah perisaimu" secara harfiah berarti mempersiapkan diri untuk berperang, mengoleskan pelumas pada senjata agar siap digunakan. Ini adalah metafora yang kuat untuk kesiapsiagaan menghadapi pertempuran, baik secara fisik maupun spiritual.
Makna dari Yesaya 21:5 tidak hanya terbatas pada konteks historis jatuhnya Babel. Ayat ini memiliki relevansi universal dan abadi. Pesan utamanya adalah peringatan terhadap bahaya kelalaian dan kesombongan. Kesenangan dan kenyamanan bisa menjadi jebakan yang membutakan, membuat kita terlena dan tidak waspada terhadap tantangan yang datang. Terlalu fokus pada kenikmatan sesaat dapat membuat kita mengabaikan persiapan untuk masa depan, untuk tantangan, atau bahkan untuk panggilan hidup yang lebih besar.
Bagi individu maupun komunitas, ayat ini mengajarkan pentingnya keseimbangan. Menikmati berkat dan buah kerja keras adalah hal yang wajar dan baik, namun tidak boleh sampai melupakan tanggung jawab, kewaspadaan, dan persiapan. Para pemimpin, dalam konteks apa pun—baik itu pemimpin rumah tangga, pemimpin gereja, pemimpin bisnis, maupun pemimpin negara—memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk tetap waspada dan siap sedia. Mereka harus menjadi yang pertama kali "melumuri perisai" mereka, menjadi contoh kesiapsiagaan bagi orang-orang yang mereka pimpin.
Lebih dari sekadar peringatan fisik, ayat ini juga bisa diinterpretasikan sebagai panggilan spiritual. Dalam kehidupan rohani, seringkali kita dihadapkan pada godaan untuk menjadi pasif, puas diri, dan berhenti bertumbuh. Pesta dan kenikmatan duniawi bisa menjadi distraksi yang menjauhkan kita dari hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Seruan untuk "bangkit" dan "melumuri perisai" mengingatkan kita untuk terus berjaga-jaga, memperkuat iman, dan siap sedia untuk menghadapi setiap cobaan atau pekerjaan baik yang Tuhan sediakan. Yesaya 21:5 adalah pengingat abadi bahwa ketenangan sesaat tidak boleh mengorbankan kesiapan jangka panjang.