Yesaya 28:11 - Pengajaran yang Berulang

"Maka firman TUHAN kepada mereka: "Ini harus menjadi satu demi satu, satu demi satu, sedikit di sini, sedikit di sana, supaya mereka berjalan maju dan jatuh terlentang, patah, terjerat dan tertangkap."
Ilustrasi pengajaran yang bertahap dan hati-hati

Ayat dari Kitab Yesaya 28:11 ini berbicara tentang cara Tuhan memberikan pengajaran kepada umat-Nya. Frasa "satu demi satu, sedikit di sini, sedikit di sana" menggambarkan sebuah proses yang gradual dan terstruktur. Ini bukanlah cara mengajarkan sesuatu secara besar-besaran atau tiba-tiba, melainkan dengan penekanan pada detail-detail kecil yang disampaikan secara berulang dan bertahap.

Dalam konteks historisnya, ayat ini sering dikaitkan dengan teguran Tuhan terhadap orang Israel yang pada saat itu enggan mendengarkan nubuat-nubuat yang disampaikan oleh nabi-nabi-Nya. Mereka sepertinya ingin agar kebenaran Tuhan disajikan dengan cara yang mudah bagi mereka, mungkin dengan hukum-hukum yang lebih sederhana atau perintah-perintah yang tidak terlalu menuntut. Namun, Tuhan memilih untuk menyampaikan firman-Nya dengan cara yang justru menantang keengganan mereka untuk belajar dan mengerti sepenuhnya.

Pesan dari ayat ini memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan rohani kita hingga saat ini. Tuhan tidak selalu memberikan seluruh kebenaran sekaligus, tetapi Ia membukanya sedikit demi sedikit melalui Firman-Nya, doa, perenungan, dan bahkan melalui pengalaman hidup. Proses ini memungkinkan kita untuk mencerna, merenungkan, dan menginternalisasi ajaran-Nya dengan lebih baik. Sebaliknya, jika kebenaran disampaikan secara gegabah atau tanpa persiapan yang matang, ada kemungkinan ia tidak akan tertanam dalam hati dan pikiran kita.

Penting untuk disadari bahwa "satu demi satu, sedikit di sini, sedikit di sana" juga bisa menjadi peringatan. Tanpa ketekunan dan perhatian penuh, seseorang bisa saja melewatkan pelajaran-pelajaran penting ini. Jika kita tidak mengikuti alur pengajaran Tuhan yang gradual, ada risiko untuk "jatuh terlentang, patah, terjerat dan tertangkap." Ini berarti kita bisa kehilangan keseimbangan rohani, mengalami kekecewaan, terperangkap dalam dosa, atau menjadi mangsa penipuan rohani karena ketidakpedulian kita terhadap kebenaran yang diungkapkan Tuhan.

Oleh karena itu, marilah kita mendekati Firman Tuhan dengan kerendahan hati dan kesabaran. Bersiaplah untuk belajar, merenungkan setiap bagian kecil dari kebenaran-Nya, dan membiarkan-Nya membentuk kita secara bertahap. Kesetiaan dalam menerima pengajaran Tuhan, sekecil apapun itu, akan membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam dan pertumbuhan rohani yang kokoh, menghindari jebakan dan bahaya yang dapat mengancam perjalanan iman kita.