Ayat Yeremia 28:14 adalah bagian dari serangkaian nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yeremia kepada para pemimpin dan rakyat Yehuda pada masanya. Konteksnya adalah masa yang penuh dengan ketidaktaatan, keangkuhan, dan penolakan terhadap firman Tuhan. Para pemimpin, yang disebut sebagai "pencemooh-pencemooh", seringkali menganggap remeh peringatan ilahi dan lebih memilih jalan mereka sendiri, yang pada akhirnya membawa kehancuran bagi bangsa tersebut.
Frasa "pencemooh-pencemooh" menunjukkan sikap mengejek, meremehkan, dan bahkan menentang terhadap pesan-pesan kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang, meskipun memegang posisi kekuasaan dan otoritas di Yerusalem, memilih untuk menutup telinga terhadap suara kenabian. Mereka merasa aman dalam kebijaksanaan manusiawi mereka, dalam perjanjian politik yang mereka buat, atau dalam ritual keagamaan yang dangkal, tanpa benar-benar menghidupi prinsip-prinsip keadilan dan kesetiaan kepada Tuhan.
TUHAN memerintahkan Yeremia untuk menyampaikan peringatan keras ini. Ini bukan sekadar teguran, melainkan panggilan mendesak untuk mendengar. Kata "dengarlah" memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar mendengarkan suara; ini berarti memahami, merenungkan, dan yang terpenting, bertindak. Tuhan ingin mereka menyadari keseriusan situasi dan konsekuensi dari ketidakpatuhan mereka.
Penolakan terhadap firman Tuhan, terutama oleh mereka yang berada dalam posisi kepemimpinan, seringkali berujung pada kesesatan bagi seluruh umat. Para pencemooh ini memimpin bangsa menjauh dari jalan yang benar, menciptakan ilusi keamanan yang palsu. Mereka mungkin berbicara tentang stabilitas dan kekuatan, tetapi tanpa dasar spiritual yang kokoh, fondasi tersebut rapuh.
Nubuat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa kebijaksanaan sejati datang dari Tuhan. Mencemooh atau mengabaikan firman-Nya adalah tindakan kebodohan yang fatal. Sejarah bangsa Israel, seperti yang dicatat dalam Kitab Suci, berulang kali menunjukkan pola yang sama: ketika pemimpin taat dan bijaksana, bangsa diberkati; ketika mereka menolak dan mencemooh, bangsa menghadapi malapetaka.
Dalam aplikasi modern, ayat ini tetap relevan. Di tengah arus informasi dan opini yang begitu banyak, penting bagi kita untuk membedakan mana yang merupakan firman Tuhan yang kekal dan mana yang hanya suara duniawi. Sikap terbuka untuk belajar, kerendahan hati untuk mengakui ketidaktahuan, dan keberanian untuk mengikuti kebenaran adalah kunci untuk mendapatkan hikmat yang sejati, bukan sekadar kecerdasan sesaat. Yeremia 28:14 adalah peringatan sekaligus undangan untuk memilih jalan kebijaksanaan yang didasarkan pada ketaatan kepada firman Tuhan.