Yesaya 28:15

"Oleh karena kamu berkata: "Telah kami buat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia orang mati kami telah membuat kesepakatan; kalau yang datang meluap-luap itu melanda, ia tidak akan mengenai kami, sebab kami telah membuat kebohongan sebagai tempat bernaung kami dan dalam kepalsuan kami bersembunyi.""

Ayat dari Kitab Yesaya pasal 28, ayat 15, ini merupakan peringatan keras yang ditujukan kepada umat Tuhan pada masanya, khususnya para pemimpin Yerusalem. Ayat ini menyoroti bahaya besar dari mengandalkan strategi manusiawi yang dangkal dan mengabaikan kebenaran ilahi. Mereka merasa aman, bahkan sombong, karena telah membuat "perjanjian dengan maut" dan "kesepakatan dengan dunia orang mati". Pernyataan ini bukan berarti mereka benar-benar berurusan dengan kekuatan supranatural kegelapan, melainkan ungkapan metaforis tentang kepercayaan mereka yang salah dan keliru.

Y B A H N
Simbol kebenaran ilahi yang ditolak.

Kepercayaan diri mereka didasarkan pada "kebohongan" dan "kepalsuan". Ini bisa merujuk pada berbagai hal, seperti perjanjian politik yang tidak tulus dengan kekuatan asing, sistem keagamaan yang menyimpang dari ajaran Tuhan, atau sekadar sikap apatis terhadap peringatan dan nasihat para nabi. Mereka percaya bahwa kepandaian dan kelicikan duniawi mereka cukup untuk melindungi mereka dari murka ilahi atau bencana yang akan datang. Keyakinan ini menciptakan rasa aman yang palsu, sebuah "tempat bernaung" yang dibangun di atas fondasi yang rapuh.

Namun, Yesaya menegaskan bahwa strategi semacam ini tidak akan pernah berhasil. Ketika "yang datang meluap-luap itu melanda", yaitu penghakiman Tuhan yang tak terhindarkan, perlindungan yang mereka ciptakan akan terbukti sia-sia. Kebohongan dan kepalsuan tidak mampu menahan badai kebenaran ilahi. Mereka yang mengandalkan diri sendiri, mengabaikan Tuhan, dan memilih jalan kelicikan akan menghadapi kehancuran. Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa keamanan sejati tidak ditemukan dalam tipu daya atau kekuatan manusia, melainkan dalam ketaatan pada Tuhan dan kebenaran-Nya.

Dalam konteks modern, ayat ini masih sangat relevan. Banyak orang dan institusi saat ini mungkin merasa aman dengan sistem, kebijakan, atau filosofi mereka yang canggih. Mereka mungkin membangun "perjanjian" dan "kesepakatan" berdasarkan akal budi belaka, mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang universal. Namun, seperti halnya bangsa Israel pada zaman Yesaya, mengandalkan kebohongan dan kepalsuan sebagai tempat bernaung adalah strategi yang berujung pada kekecewaan dan kehancuran. Kebenaran ilahi, pada akhirnya, akan selalu menang. Hanya dengan hidup dalam kebenaran, mencari hikmat dari Tuhan, dan menjadikan Dia sebagai tempat perlindungan kita yang sejati, barulah kita dapat menemukan kedamaian dan keamanan yang langgeng.