Yesaya 28 22

"Oleh sebab itu, janganlah kamu mengolok-olok, supaya jangan tali pengikatmu makin dikeraskan; sebab pemusnahan yang pasti dari pada Bapa Abraham, telah Kudengar dari atas."

Ayat Yesaya 28 22 seringkali muncul sebagai sebuah peringatan yang tegas dan menggelisahkan. Dikutip dari nubuat Nabi Yesaya, ayat ini ditujukan kepada bangsa Israel, khususnya kepada para pemimpin dan umat yang berlaku sombong dan meremehkan firman Tuhan. Pesan ini bukan sekadar kata-kata tanpa makna, melainkan sebuah pengingat akan konsekuensi serius dari sikap apatis dan penghinaan terhadap keadilan ilahi. Ayat ini menyoroti bahaya dari sikap meremehkan, terutama ketika hal itu diarahkan pada peringatan atau nasihat yang diberikan oleh Tuhan.

Peringatan Tegas

Ilustrasi visual peringatan yang tegas.

Dalam konteks historisnya, bangsa Israel pada masa itu sedang mengalami berbagai bentuk penyimpangan. Para pemimpin agama dan politik seringkali tersesat dalam kesombongan, kepalsuan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Mereka tidak lagi mendengar suara Tuhan, melainkan mengikuti keinginan hawa nafsu dan kebijakan duniawi yang menyesatkan. Sikap "mengolok-olok" yang disebutkan dalam ayat ini dapat diartikan sebagai tindakan meremehkan, menertawakan, atau mengabaikan peringatan ilahi. Ini adalah sikap hati yang keras kepala, yang menolak untuk tunduk pada otoritas Tuhan dan menganggap enteng konsekuensi dari dosa.

Yesaya 28 22 mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak akan selamanya membiarkan dosa dan kesombongan berlalu begitu saja. "Tali pengikatmu makin dikeraskan" adalah gambaran tentang semakin beratnya beban hukuman dan semakin sulitnya untuk terbebas dari kesengsaraan. Ini menyiratkan bahwa penolakan berulang-ulang terhadap peringatan Tuhan akan mengarah pada keadaan yang lebih buruk, di mana pemulihan menjadi semakin sulit dicapai. Ayat ini kemudian merujuk pada pemusnahan yang pasti, yang telah "didengar dari atas," menunjukkan bahwa penghakiman ilahi itu sudah pasti dan tidak dapat dihindari bagi mereka yang terus-menerus menolak kebenaran.

Pesan ini tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi maupun kolektif, seringkali kita dihadapkan pada pilihan untuk mendengarkan hati nurani, nasihat yang membangun, atau bahkan teguran dari firman Tuhan. Namun, godaan untuk mengabaikan, menyepelekan, atau bahkan "mengolok-olok" peringatan tersebut sangatlah besar. Kita mungkin merasa terlalu pintar, terlalu kuat, atau terlalu baik untuk jatuh. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Yesaya 28 22, kesombongan dan sikap meremehkan Tuhan adalah jalan menuju kehancuran. Keadilan Tuhan, meskipun penuh kasih, juga adil. Setiap penolakan terhadap kebenaran akan memiliki konsekuensinya, dan semakin kita menolak, semakin sulit jalan untuk kembali ke jalan yang benar.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa memiliki hati yang terbuka, rendah hati, dan mau belajar. Ketika kita mendengar peringatan, baik dari sumber ilahi maupun dari sesama, marilah kita menerimanya dengan serius. Jangan sampai kita menjadi seperti bangsa Israel pada zaman Yesaya, yang dengan sikap angkuh meremehkan teguran Tuhan, hingga akhirnya tali pengikat mereka semakin dikeraskan dan pemusnahan yang pasti menimpa mereka. Ingatlah, Yesaya 28 22 adalah pengingat abadi tentang pentingnya mendengarkan dan menghormati firman Tuhan.