Yesaya 36:16 - Pesan Kebenaran dan Kedaulatan Allah

"Janganlah kamu mendengarkan Hizkia, karena beginilah kata raja Asyur: Buatlah perjanjian denganku dan menyerahlah, maka setiap orang dari kamu akan makan buah dari pokok anggurnya dan dari pohon aranya, dan setiap orang dari kamu akan minum air dari periamnya."
Kedaulatan Allah Melampaui Ancaman Duniawi

Ayat ini berasal dari Kitab Yesaya, pasal 36, ayat 16. Dalam konteksnya, ayat ini diucapkan oleh juru bicara raja Sanherib dari Asyur kepada para pejabat Yerusalem. Tentara Asyur telah mengepung kota itu, dan mereka berusaha menanamkan ketakutan serta keraguan di hati penduduk Yehuda, khususnya dalam diri Raja Hizkia. Pesan ini adalah taktik intimidasi yang umum digunakan oleh kerajaan penakluk pada masa itu: menawarkan kesepakatan yang tampak menguntungkan, namun sebenarnya bertujuan untuk menundukkan sepenuhnya musuh mereka.

Kata-kata "Buatlah perjanjian denganku dan menyerahlah" mengindikasikan tawaran gencatan senjata bersyarat. Jika Yerusalem tunduk tanpa perlawanan, maka rakyatnya dijanjikan keamanan dan kemakmuran relatif. "Setiap orang dari kamu akan makan buah dari pokok anggurnya dan dari pohon aranya, dan setiap orang dari kamu akan minum air dari periamnya" adalah ungkapan yang sangat menggoda bagi masyarakat agraris. Ini melambangkan kehidupan yang stabil, di mana setiap keluarga memiliki cukup makanan dan minuman dari hasil bumi mereka sendiri, sebuah janji kenikmatan hidup yang paling mendasar dan penting. Ancaman yang tersirat sangatlah jelas: jika mereka tidak menyerah, maka semua hal baik ini akan hilang, dan hanya kehancuran yang menanti.

Namun, Firman Tuhan melalui nabi Yesaya telah jauh-jauh hari memperingatkan umat-Nya tentang bahaya mengandalkan kekuatan manusia atau berkompromi dengan prinsip ilahi. Dalam konteks yang lebih luas, pasal 36 ini menggambarkan bagaimana juru bicara Sanherib, Rabshakeh, menggunakan bahasa yang mengejek dan merendahkan untuk menggoyahkan iman umat Allah. Ia mencemooh kepercayaan Hizkia kepada TUHAN, menyebut-Nya sebagai dewa yang tidak mampu melindungi umat-Nya, seperti dewa-dewa bangsa-bangsa lain yang telah dikalahkan oleh Asyur.

Pesan dari Yesaya 36:16 ini, meskipun disampaikan dalam konteks sejarah yang spesifik, memiliki relevansi abadi. Ia mengingatkan kita bahwa seringkali, tantangan terbesar dalam hidup kita datang dalam bentuk tawaran yang menggoda, yang menjanjikan kemudahan atau keamanan, namun menggerogoti ketaatan kita kepada Tuhan. Kedaulatan Allah yang sebenarnya tidak terletak pada kekuatan militer atau perjanjian politik, melainkan pada kekuasaan-Nya yang mahatinggi atas segala sesuatu. Iman yang teguh kepada Tuhan, bahkan di tengah kepungan kesulitan, adalah kunci untuk menahan godaan dan tipu daya dunia.

Kisah ini berakhir dengan kemenangan bagi umat Allah, bukan karena kekuatan mereka sendiri, tetapi karena campur tangan ilahi yang ajaib. Tuyuh TUHAN dikirim untuk membinasakan seratus delapan puluh lima ribu tentara Asyur dalam satu malam. Ini menegaskan kembali bahwa Tuhan berdaulat atas semua bangsa dan ancaman duniawi, sekecil apa pun itu. Kita dipanggil untuk mendengarkan suara Tuhan yang lebih dari pada suara-suara yang meragukan dan menakutkan di sekitar kita, dan mempercayai janji-janji-Nya yang jauh lebih mulia daripada tawaran sesaat dunia.