Yesaya 37:23

"Kepada siapakah engkau telah melakukan ini, siapakah yang kausorak-sorakkan dan kaulantang-lantangkan terhadap siapakah engkau telah meninggikan suara dan mengangkat mata dengan sombong? Terhadap Yang Mahakudus, Allah Israel!"

Firman Tuhan dalam Kitab Yesaya pasal 37 ayat 23 ini adalah sebuah seruan retoris yang tajam, dilontarkan oleh Tuhan sendiri melalui nabi-Nya, kepada raja Sanherib dari Asyur. Pada masa itu, Sanherib telah melancarkan kampanye militer yang brutal, menaklukkan banyak bangsa dan membawa kehancuran. Tujuannya selanjutnya adalah Yerusalem, pusat ibadah bagi bangsa Israel. Dengan kesombongan yang membabi buta, Sanherib telah mengutus para utusannya untuk menantang Raja Hizkia dan, yang lebih penting, menantang Allah Israel sendiri.

Ayat ini menggarisbawahi kesombongan dan keangkuhan yang luar biasa dari Sanherib. Ia membanggakan kekuatannya, perisainya, dan kemenangan-kemenangannya yang gemilang, seolah-olah ia adalah penguasa tunggal alam semesta. Ia meremehkan Tuhan Israel, menganggap-Nya sama saja dengan dewa-dewa bangsa-bangsa lain yang telah ia kalahkan. Ia pikir dengan mengancam Yerusalem, ia juga bisa mengalahkan Yang Mahakuasa.

Namun, Tuhan melalui Yesaya tidak tinggal diam. Pertanyaan-pertanyaan retoris ini bukan sekadar ungkapan kemarahan, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang siapa sebenarnya yang sedang ditantang oleh Sanherib. Bukan hanya sebuah kerajaan atau seorang raja manusia, melainkan Pencipta langit dan bumi, Allah yang berdaulat atas segala ciptaan. Sanherib telah "meninggikan suara" dengan teriakan perang dan "mengangkat mata dengan sombong," tetapi ia lupa bahwa ia sedang berhadapan dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.

Kekuatan manusia, sehebat apapun, adalah fana. Kemegahan dan kesombongan seringkali menjadi awal dari kejatuhan. Sanherib, dalam kepongahannya, telah melupakan prinsip fundamental bahwa kekuasaan sejati dan kedaulatan tertinggi berada pada tangan Tuhan. Ia telah menantang Yang tidak dapat ditantang, sebuah kesalahan fatal yang pada akhirnya akan membawanya pada kehancuran yang ia timbulkan kepada orang lain.

Renungan dari Yesaya 37:23 mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati di hadapan Tuhan. Ketika kita terlalu mengandalkan kekuatan diri sendiri, kecerdasan, atau sumber daya duniawi, kita bisa terjebak dalam kesombongan yang sama seperti Sanherib. Selalu ingatlah bahwa di balik segala sesuatu yang kita miliki dan capai, ada Sumber Kehidupan dan Kekuatan yang Mahatinggi. Tantangan terhadap Yang Mahakudus adalah sebuah penghinaan terhadap kedaulatan-Nya, dan konsekuensinya selalu membawa kehancuran bagi mereka yang melakukannya.

Simbol peringatan kekuasaan ilahi