Yesaya 37:24

"Dengan perantaraanmu engkau telah mencela Tuhan, dan engkau berkata: 'Dengan banyaknya keretaku, aku telah mendaki puncak-puncak bukit, sampai ke ujung-ujung Libanon yang paling jauh; aku telah menebang pohon-pohon arasnya yang tinggi dan pohon-pohon sipresnya yang terbaik; aku telah masuk ke tempat kediamannya yang paling dalam, ke hutan pohon-pohonnya yang lebat."

Keagungan Tak Tertandingi Sang Pencipta

Ayat ini dari Kitab Yesaya, pasal 37 ayat 24, merupakan seruan profetik yang menggema dengan kekuatan dan otoritas ilahi. Ayat ini menyoroti kesombongan manusia, khususnya Raja Sanherib dari Asyur, yang membual tentang pencapaian militernya, menganggap dirinya sebagai penguasa yang mampu menaklukkan segala sesuatu. Namun, di balik kata-kata keangkuhan itu, tersembunyi celaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Sanherib, dalam kesombongannya, secara implisit menempatkan kekuatannya sendiri setara, atau bahkan lebih unggul, dari kekuatan Sang Pencipta langit dan bumi. Ia membandingkan kehebatannya dalam mendaki puncak-puncak gunung, menebang pohon-pohon aras yang megah, dan menembus kedalaman hutan Libanon, seolah-olah pencapaian duniawi ini merupakan bukti kekuatannya yang tak tertandingi.

Keagungan Ilahi Tak Tertandingi

Ilustrasi kebesaran Tuhan mengatasi kesombongan manusia.

Namun, firman Tuhan melalui Yesaya mengingatkan kita bahwa semua "pencapaian" ini tidaklah berarti di hadapan keagungan-Nya. Tuhan adalah Sang Pencipta segala sesuatu. Ia yang membentangkan langit, menata bintang-bintang, dan membentuk bumi. Apa yang tampak besar bagi manusia, adalah kecil di hadapan kekuasaan-Nya. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak pernah menyombongkan diri dengan kekuatan, kecerdasan, atau kekayaan yang kita miliki. Segala sesuatu adalah anugerah dari Tuhan, dan kemuliaan seharusnya hanya bagi Dia.

Penekanan pada "pohon-pohon arasnya yang tinggi dan pohon-pohon sipresnya yang terbaik" serta "hutan pohon-pohonnya yang lebat" menggambarkan kekuatan alam yang begitu perkasa dan indah. Namun, Sanherib mengklaim telah menaklukkannya untuk kepentingannya sendiri, menunjukkan pandangan dunia yang terbatas pada materi dan kemampuan fisik semata. Ia lupa bahwa Ia yang menumbuhkan pohon-pohon itu, dan Ia yang memberikan kekuatan untuk menebangnya, adalah Tuhan yang sama.

Dalam konteks yang lebih luas, Yesaya 37:24 berfungsi sebagai pengingat akan inferioritas segala kerajaan dan kekuatan manusia di hadapan otoritas ilahi. Tuhan tidak membiarkan kesombongan manusia tidak terkendali. Ia adalah pribadi yang kudus dan benar, yang menghakimi semua kebohongan dan kesombongan. Ketika kita merenungkan ayat ini, kita dipanggil untuk mengarahkan pandangan kita kepada Sang Pencipta, mengakui kebesaran-Nya, dan menempatkan segala sesuatu di bawah kendali-Nya. Inilah inti dari keagungan yang sesungguhnya: kerendahan hati di hadapan Tuhan dan pengakuan bahwa segala kuasa berasal dari-Nya. Mari kita belajar dari kesalahan Sanherib dan hidup dengan hati yang bersyukur dan hormat kepada Tuhan, Sang Raja segala raja.