Ayat Firman Tuhan dalam Kitab Yesaya pasal 37, ayat 33, merupakan sebuah deklarasi ilahi yang penuh kuasa dan pengharapan. Ayat ini diucapkan oleh nabi Yesaya atas nama Tuhan sendiri, sebagai jawaban atas doa Hizkia, raja Yehuda, dan umat Tuhan yang sedang menghadapi ancaman besar dari raja Asyur, Sanherib. Sanherib telah menguasai banyak kota dan wilayah, dan kini Yerusalem berada dalam cengkeramannya, menghadapi pengepungan yang mengerikan.
Dalam konteks sejarahnya, Raja Sanherib dari Asyur telah maju dengan pasukannya yang perkasa, membual tentang kemampuannya untuk menghancurkan setiap kota dan bangsa. Utusannya bahkan telah menyampaikan pesan yang meremehkan Tuhan dan mengejek iman umat Israel. Hizkia, dalam keputusasaannya, merobek pakaiannya, berkabung, dan berdoa dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Ia juga meminta bantuan nabi Yesaya.
Jawaban Tuhan melalui Yesaya adalah janji yang tegas dan pasti. "Ia tidak akan masuk ke kota ini," kata Tuhan. Ini bukan sekadar prediksi, melainkan sebuah proklamasi kekuasaan ilahi yang akan melindungi Yerusalem. Penekanan pada "tidak akan memanahnya," "tidak akan membawa perisai kepadanya," dan "tidak akan ada tembok pertahanan yang digali terhadapnya" menunjukkan bahwa seluruh strategi militer Asyur akan sia-sia. Senjata mereka, alat pengepungan mereka, dan keberanian para prajurit mereka tidak akan mampu menembus perlindungan Tuhan.
Janji ini mengajarkan kita beberapa kebenaran penting. Pertama, Tuhan berkuasa atas segala bangsa dan kekuatan duniawi. Mesin perang dan ambisi kekaisaran terbesar sekalipun tidak mampu menandingi kehendak dan kuasa Sang Pencipta. Sanherib mungkin merasa dirinya tak terkalahkan, tetapi di hadapan Tuhan, kekuatannya hanyalah debu.
Kedua, Tuhan peduli pada umat-Nya dan akan membela mereka. Doa Hizkia tidak sia-sia. Tuhan mendengar seruan umat-Nya yang beriman dan memberikan jaminan keselamatan. Ini adalah pengingat bahwa ketika kita menghadapi kesulitan yang terasa tak teratasi, kita dapat berseru kepada Tuhan, karena Dia adalah Allah yang mendengar dan menjawab.
Ketiga, iman adalah kunci dalam menghadapi tantangan. Meskipun situasi tampak suram, Hizkia memilih untuk bersandar pada Tuhan. Keputusannya untuk berdoa dan mencari pimpinan Tuhan, alih-alih menyerah pada keputusasaan, membawanya pada janji penyelamatan ini. Ayat ini menjadi sumber kekuatan dan keberanian bagi umat Tuhan di masa lalu, dan terus menjadi sumber penghiburan bagi umat Tuhan saat ini.
Pada akhirnya, kisah ini diakhiri dengan kemenangan yang luar biasa. Malaikat Tuhan turun pada malam hari dan membinasakan 185.000 tentara Asyur. Sanherib terpaksa menarik pasukannya kembali ke Niniwe, di mana ia kemudian dibunuh oleh putra-putranya sendiri. Janji Tuhan dalam Yesaya 37:33 digenapi secara spektakuler, menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan yang setia pada firman-Nya.
Mari kita renungkan janji ini. Ketika kita merasa terancam, tidak berdaya, atau menghadapi musuh yang tampak terlalu kuat, ingatlah Yesaya 37:33. Tuhan yang sama yang melindungi Yerusalem dari Sanherib, adalah Tuhan yang sama yang berjanji untuk melindungi kita. Kepercayaan pada janji-Nya adalah fondasi iman yang kokoh di tengah badai kehidupan.
Simbol perlindungan dan kebenaran Tuhan.