Sebuah Momen Kerapuhan Iman
Ayat Yesaya 39:3 menggambarkan sebuah momen penting dalam kehidupan Raja Hizkia, yang juga menyoroti sebuah aspek universal dari pergumulan iman manusia. Setelah mendengar nubuat dari nabi Yesaya tentang kesembuhan ajaib yang akan dialaminya, serta janji bahwa ia akan kembali ke Bait Tuhan, Hizkia merespons dengan pertanyaan yang menunjukkan keraguan yang mendalam. Ia tidak serta-merta menerima janji tersebut dengan keyakinan penuh, melainkan meminta sebuah tanda konkret dari TUHAN. Permintaan ini bukanlah ungkapan kesombongan, melainkan sebuah ekspresi dari kelemahan manusiawi di hadapan ujian yang berat.
Hizkia baru saja menerima berita yang mengejutkan: ia sedang sakit keras hingga menghadapi kematian. Di tengah keputusasaan dan ketakutan, permintaannya akan sebuah tanda bisa dimengerti. Ia membutuhkan kepastian, sebuah bukti nyata bahwa janji kesembuhan itu akan benar-benar terwujud. Pertanyaan "Apakah tanda daripada TUHAN" menunjukkan keinginannya untuk melihat bagaimana kesembuhan itu akan terjadi, dan terutama, bagaimana ia dapat kembali beribadah di rumah TUHAN. Perjalanan ke Bait Tuhan, yang merupakan pusat ibadah dan persekutuan dengan Allah, menjadi simbol pemulihan total, bukan hanya fisik tetapi juga spiritual.
Namun, di balik permintaan tanda tersebut, tersimpan sebuah potensi bahaya. Sejarah Israel penuh dengan kisah tentang umat yang terus-menerus meminta tanda, bahkan ketika Allah telah memberikan banyak bukti kebaikan dan kuasa-Nya. Terlalu bergantung pada tanda-tanda fisik dapat mengarah pada iman yang lemah, yang goyah ketika tidak ada bukti yang terlihat. Ini dapat meredupkan apresiasi terhadap anugerah Allah yang seringkali bekerja dengan cara yang tidak terduga atau tidak kasat mata.
Janji Tuhan dan Tanggapan Penuh Kuasa
Meskipun Hizkia meminta tanda, respons Tuhan melalui Yesaya justru menunjukkan kebesaran dan kesabaran-Nya. Tanda yang diberikan adalah salah satu yang paling luar biasa dalam Alkitab: bayangan sundial (jam matahari) mundur sepuluh tingkat. Ini adalah peristiwa kosmik yang menegaskan bahwa Allah berkuasa atas hukum alam semesta. Tanda ini bukan hanya untuk meyakinkan Hizkia, tetapi juga sebagai pengingat akan kuasa ilahi yang mampu memulihkan kehidupan.
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa iman yang sejati tidak selalu berarti tidak adanya keraguan. Namun, iman sejati adalah ketika kita membawa keraguan kita kepada Tuhan dan memohon kepastian dari-Nya. Hizkia pada akhirnya menerima kesembuhan dan dapat kembali ke Bait Tuhan, membuktikan bahwa Tuhan mendengar seruannya dan menjawab permintaannya akan tanda. Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak ragu meminta kepastian dari Tuhan ketika kita sedang bergumul, namun juga untuk tetap membuka hati terhadap cara-cara Tuhan bekerja, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan ekspektasi kita. Janji Tuhan selalu teguh, dan Ia siap memberikan tanda bagi mereka yang mencari-Nya dengan hati yang tulus.