Yesaya 59:17

Ia mengenakan keadilan sebagai baju zirah dan ketopong keselamatan pada kepala-Nya; Ia mengenakan pakaian-pakaian asam pendendam dan berselubungkan murka sebagai jubah.

Simbol Keadilan dan Keselamatan Keadilan Keselamatan

Gambar: Representasi visual dari konsep keadilan dan keselamatan.

Ayat ini dari Kitab Yesaya melukiskan gambaran yang kuat tentang karakter ilahi, khususnya dalam konteks penghakiman dan pembebasan-Nya. Ketika dikatakan bahwa Tuhan "mengenakan keadilan sebagai baju zirah," ini menunjukkan betapa fundamentalnya keadilan dalam setiap tindakan-Nya. Baju zirah adalah perlindungan yang kokoh, menutupi dan melindungi tubuh seorang pejuang. Dengan membandingkan keadilan dengan baju zirah, kitab ini menegaskan bahwa keadilan adalah aspek pelindung dan inti dari keberadaan Tuhan. Tidak ada tindakan-Nya yang tidak didasari oleh prinsip keadilan yang sempurna.

Selanjutnya, frasa "ketopong keselamatan pada kepala-Nya" menambahkan dimensi lain. Ketopong adalah perlengkapan yang melindungi kepala, pusat pemikiran dan strategi. Penggunaan ketopong keselamatan menunjukkan bahwa bahkan dalam menghadapi kejahatan atau situasi yang menantang, pikiran dan rencana Tuhan selalu terarah pada keselamatan bagi umat-Nya. Keselamatan bukan hanya hasil akhir, tetapi juga merupakan cara pandang dan motivasi utama-Nya. Ini memberikan harapan bahwa di tengah segala kekacauan dunia, Tuhan memiliki rencana penyelamatan yang terjamin.

Namun, ayat ini juga menampilkan sisi lain dari keadilan Tuhan yang tegas. "Ia mengenakan pakaian-pakaian asam pendendam dan berselubungkan murka sebagai jubah." Jubah dan pakaian melambangkan apa yang terlihat oleh dunia luar, yaitu manifestasi dari karakter-Nya. Ini bukan murka yang sembarangan atau emosional, melainkan murka yang kudus dan tertuju pada dosa serta kejahatan. Pendendam di sini mengacu pada tindakan pembalasan yang adil terhadap kejahatan. Jubah murka menggambarkan keseriusan Tuhan terhadap pelanggaran hukum-Nya dan komitmen-Nya untuk mengadili ketidakbenaran.

Kombinasi antara keadilan dan keselamatan dengan murka yang pendendam menunjukkan keseimbangan yang sempurna dalam karakter Tuhan. Dia adalah Tuhan yang adil, yang membenci dosa dan tidak bisa membiarkannya tanpa konsekuensi. Namun, Dia juga adalah Tuhan yang mengasihi dan berkuasa untuk menyelamatkan. Gambaran ini sangat relevan bagi umat manusia yang bergumul dengan ketidakadilan, penderitaan, dan dosa. Kita diingatkan bahwa Tuhan tidak hanya berkuasa untuk memulihkan, tetapi juga memiliki otoritas mutlak untuk menghakimi.

Dalam konteks kehidupan rohani, ayat ini mengajarkan kita untuk mencari perlindungan dalam keadilan dan keselamatan Tuhan. Kita dapat percaya bahwa Dia bertindak demi kebaikan ultimate kita, bahkan ketika jalan terlihat gelap. Sekaligus, kita juga diingatkan akan keseriusan dosa dan kebutuhan akan pertobatan. Memahami karakter Tuhan yang utuh—adil, menyelamatkan, dan juga murka terhadap kejahatan—memperdalam iman kita dan mendorong kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Keadilan-Nya menjamin bahwa kejahatan tidak akan menang selamanya, dan keselamatan-Nya menawarkan harapan abadi bagi setiap orang yang percaya.