Yohanes 10:5

"Tetapi seorang asing tidak akan mereka ikuti, melainkan akan lari dari padanya, karena suara orang asing tidak mereka kenal."
Ikon gembala domba

Ayat dari Injil Yohanes pasal 10, ayat 5, menyajikan sebuah analogi yang kuat dan penuh makna tentang bagaimana pengikut sejati akan merespons suara Sang Gembala. Dalam konteks spiritual, Yesus menggunakan perumpamaan seorang gembala yang memimpin domba-dombanya untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan umat manusia. Domba-domba di sini melambangkan para pengikut-Nya, orang-orang yang percaya dan menaruh iman kepada-Nya.

Perikop ini menyoroti perbedaan mendasar antara suara Sang Gembala yang benar, yaitu Yesus Kristus, dengan suara orang asing atau penipu. Domba-domba dalam perumpamaan ini memiliki kemampuan alami untuk mengenali suara gembala mereka. Mereka telah terbiasa dengan suara itu, intonasinya, nadanya, dan tentu saja, otoritas yang terkandung di dalamnya. Ketika gembala yang dikenal memanggil, domba-domba akan merespons dengan penuh kepercayaan dan kepatuhan. Mereka akan mengikuti, karena suara itu membawa mereka kepada padang rumput yang hijau, air yang segar, dan perlindungan dari bahaya.

Sebaliknya, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa domba-domba "tidak akan mengikuti, melainkan akan lari dari padanya, karena suara orang asing tidak mereka kenal." Ini adalah gambaran yang sangat jelas tentang bagaimana kita sebagai pengikut Kristus seharusnya bereaksi terhadap ajaran atau pengaruh yang bukan berasal dari-Nya. Suara orang asing bisa merujuk pada ajaran sesat, bujukan duniawi yang menyesatkan, atau bahkan suara-suara kebingungan dan keraguan yang berusaha menjauhkan kita dari kebenaran.

Penting untuk merenungkan bagaimana kita dapat membedakan suara mana yang merupakan suara Gembala Sejati. Pengenalan ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui hubungan yang mendalam dan berkelanjutan. Sama seperti domba yang mengenali suara gembalanya melalui pengalaman sehari-hari, kita juga perlu menghabiskan waktu dalam firman Tuhan, berdoa, dan merenungkan ajaran Kristus. Semakin kita akrab dengan ajaran-Nya, semakin peka telinga rohani kita terhadap suara-Nya. Doa dan persekutuan dengan sesama orang percaya juga turut memperkuat kemampuan kita untuk membedakan.

Dalam dunia yang penuh dengan berbagai macam suara, baik yang baik maupun yang buruk, Yohanes 10:5 menjadi pengingat yang berharga. Kita dipanggil untuk tidak tersesat oleh suara-suara yang asing, yang menjanjikan jalan pintas, kemudahan sesaat, atau kepalsuan yang memikat. Sebaliknya, kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita kepada suara Kristus, yang memimpin kita kepada kehidupan yang penuh, kekal, dan sejati. Mengenali suara-Nya adalah tanda dari hubungan yang otentik dan iman yang teguh.