"Orang Yahudi yang datang ke rumah Maria itu telah melihat apa yang telah dilakukan Yesus, lalu mereka percaya kepada-Nya."
Kisah dalam Injil Yohanes pasal 11, khususnya ayat 19, membawa kita pada sebuah momen krusial yang penuh dengan kesedihan, namun juga sarat dengan harapan. Kejadian ini berlatar belakang kematian Lazarus, sahabat terkasih Yesus. Kedatangan orang-orang Yahudi ke rumah Maria dan Martha bukan sekadar kunjungan penghiburan biasa. Mereka datang di tengah suasana duka mendalam, menyaksikan langsung kepedihan yang dialami oleh kedua saudari tersebut karena kehilangan saudara mereka. Namun, di tengah kesedihan itu, ada sesuatu yang luar biasa terjadi.
Ayat ini secara spesifik mencatat reaksi dari orang-orang Yahudi yang hadir. Mereka tidak hanya menjadi saksi mata atas kehilangan yang mengguncang, tetapi mereka juga menjadi saksi mata atas kuasa Yesus. Yesus telah tiba di Betania setelah Lazarus meninggal, dan meskipun Ia sendiri merasakan kesedihan yang mendalam, Ia juga membawa janji dan kuasa kebangkitan. Ketika Maria dan Martha, bersama dengan kerabat dan tetangga mereka, berkumpul untuk meratapi Lazarus, kedatangan Yesus memberikan dimensi baru pada kesedihan mereka.
Kata "telah melihat apa yang telah dilakukan Yesus" merujuk pada berbagai tindakan ajaib yang telah Yesus lakukan sebelumnya. Orang-orang Yahudi ini, yang hadir di sana, kemungkinan besar telah mendengar atau bahkan menyaksikan beberapa mukjizat Yesus. Namun, di momen ini, mereka bukan hanya mendengar, tetapi mereka "melihat" secara langsung pengaruh pribadi Yesus terhadap kesedihan dan bahkan kematian. Pengalaman ini menjadi titik balik bagi mereka. Rasa iba dan simpati mereka terhadap Maria dan Martha berubah menjadi keyakinan yang lebih dalam kepada Yesus.
Gambar di atas adalah representasi visual dari harapan yang hadir di tengah situasi sulit, di mana Yesus hadir membawa perubahan.
Ini bukan sekadar kebetulan atau pengaruh emosional sesaat. "Lalu mereka percaya kepada-Nya." Kalimat sederhana ini memiliki bobot teologis yang besar. Kehadiran Yesus, yang ditunjukkan melalui belas kasih-Nya dan kemampuan-Nya untuk menghadapi bahkan kematian, telah mengkonfirmasi identitas-Nya di mata para saksi. Mereka melihat bukan hanya seorang guru yang baik atau penyembuh yang hebat, tetapi seseorang yang memiliki otoritas atas kehidupan dan kematian itu sendiri. Kesaksian ini penting karena mereka adalah orang-orang yang berasal dari komunitas yang sama dengan Yesus, orang-orang yang mungkin memiliki keraguan atau perdebatan tentang klaim-Nya.
Dalam konteks duka, penekanan pada "percaya" ini menjadi sangat relevan. Ketika kita dilanda kesedihan, iman seringkali diuji. Kita mungkin bertanya-tanya di mana Tuhan, atau mengapa hal buruk bisa terjadi. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa bahkan di saat-saat tergelap, kehadiran Kristus dapat membawa terang dan mengarahkan kita pada harapan yang lebih dalam. Orang-orang Yahudi ini, yang datang untuk menghibur, justru menemukan alasan untuk beriman lebih kuat. Mereka menyaksikan bahwa Yesus bukan hanya hadir untuk menghibur kesedihan, tetapi untuk menawarkan solusi definitif atas masalah terbesar umat manusia: kematian.
Kisah Yohanes 11:19 mengingatkan kita bahwa iman seringkali tumbuh subur di tengah-tengah ujian. Ketika kita melihat karya Kristus, ketika kita mengalami belas kasih-Nya dan kuasa-Nya yang mengubah hidup, hati kita tergerak untuk percaya. Ini adalah undangan bagi kita semua untuk tidak hanya menjadi penonton dalam perjalanan iman kita, tetapi untuk menjadi saksi yang melihat dan percaya, mengizinkan pengalaman dengan Kristus untuk memperdalam keyakinan kita, bahkan saat kita menghadapi masa-masa sulit.